Karen’s Diner dan Kemunduran Keadaban Timur

abad kedua muhammadiyah

Modernis.co, Malang – Karen’s Diner adalah restoran yang berasal dari Australia dengan menampilkan persona pelayanan yang arogan, menyebalkan dan mengutarakan guyonan yang mengesalkan para pengunjung. Persona ini meniru dan mengikuti “Karen” yakni sebutan bagi orang tua yang memiliki pemikiran cenderung masih konvensional dan selalu merasa dirinya benar di negara barat, hal ini menyebabkan orang itu suka menyerang orang lain yang tidak menyetujui dan tidak menyukai pendapatnya.

Karen’s Diner

Karen’s Diner banyak menarik perhatian warganet sejak viralnya video-video di sosial media TikTok dari orang-orang Australia yang berkunjung ke restoran tersebut. Cara pelayanan dan persona penampilan yang sangat berbeda ini banyak menghasilkan jutaan likes dari warganet pada beberapa video pengalaman di Karen’s Diner. Pada 15 Desember 2022 lalu Karen’s Diner membuka cabang di Indonesia yakni di Jakarta mengalami beberapa impresi negatif dari masyarakat.

Restoran dengan slogan “great burgers and rude service” ini memiliki beberapa aturan dalam pelayanannya, yakni tidak boleh mengutarakan kalimat ataupun prilaku yang rasis, mengejek fisik atau tubuh (body shaming), homofobik, seksis dan ableist (mendiskriminasi orang dengan penyandang disabilitas). Para Karen hanya diperbolehkan untuk meledek para pengunjung dengan kata-kata kasar dalam pelayanannya. Akan tetapi batasan perlakuan atau pelayanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan menjadi kabur.

Restoran yang dibuka untuk umum tentunya pengunjung Karen’s diner berasal dari berbagai kalangan usia. Sebagian orang terutama para orang tua yang cenderung jarang update tentang yang lagi viral di media sosial apalagi hal-hal yang berkaitan dengan generasi Z. bahkan terkadang orang tua diajarkan oleh anak-anaknya terkait hal-hal kekinian.

Jika para pengunjung mengunjungi Karen’s diner tanpa mengetahui atau diajarkan terlebih dahulu tentang konsep pelayanannya, Karen’s Diner memiliki imlplikasi seperti “pisau bermata dua” yang dapat merugikan terhadap restoran. Masuknya Karen’s Diner di Indonesia tidak terlepas dari pesat dan cepatnya informasi yang yang didapat dan di konsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Jika ditarik dari awal pesatnya informasi sejak ditemukannya komputerisasi, digitalisasi, big data pada 2011 oleh Jepang, orang-orang menyebutnya revolusi industri 4.0. hal ini yang sangat memicu proses terjadinya globalisasi yakni integrasi internasional yang terjadi karena adanya pertukaran budaya, tekhnologi, agama dan seterusnya. Integrasi budaya ini memiliki beberapa dampak terhadap warga Indonesia khususnya generasi Z yang memang digital native atau aktor utama dalam bersosial media.

Gen Z dan Kemunduran Adab

Generasi Z adalah sebuah istilah untuk menggambarkan anak kelahiran 1997-2011 dimana umumnya generasi Z ini merupakan anak dari generasi X 1964-1980 dan generasi milenial 1981-1996. Generasi Z menjadi generasi yang pertama kali yang tidak pernah mengenal dunia tanpa internet atau dunia maya. Mereka terbiasa menggunakan perangkat digital seperti smartphone, laptop, tablet.

Gen Z berkomunikasi menggunakan media sosial dan sering menghabiskan waktu dengan gadget jauh lebih banyak dan lebih lama dari generasi sebelumnya. Gen Z tumbuh dan berkembang di era digital dan cenderung online setiap saat.
Hal ini menyebabkan Gen Z kurang bisa berkomunikasi dengan baik secara sosial sehingga mereka cenderung individulis.

Sebagai digital native generasi Z cenderung lebih update tentang peristiwa dan fenomena yang terjadi di sekitarnya bahkan dalam cakupan luas secara internasional karena media sosial sudah melebur dalam kehidupan nyata yang tidak dapat dipisahkan. Pesatnya informasi yang di konsumsi terkadang tidak sesuai dengan norma dan budaya yang ada di negaranya.

Budaya ramah merupakan salah satu budaya dari masyarakat yang sudah begitu melekat di Indonesia keramahan masyarakat Indonesia seyogyanya menjadi perhatian dan terus dipertahankan sehingga menjadi habitat tersendiri. Mulai dari anak-anak remaja hingga orang tua. Warga Indonesia terbiasa untuk merespon orang lain dengan senyuman, baik kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal.

Bahkan di beberapa daerah tertentu sikap ramah dan sopan santun terhadap orang lain sudah mendarah daging. Adanya Karen’s Diner secara pelayanan sangat kontroversial dan tidak cocok untuk diterapkan di Indonesia karena akan menimbulkan lingkungan saling menghina yang membuat karyawam dilecehkan oleh pelanggan.

Dampak paling besarnya terhadap generasi Z karena mereka yang sering update tentang informasi kekinian. Akibatnya jika budaya dan lingkungan yang tidak cocok terus diterapkan mereka akan terbiasa terhadap prilaku yang kurang baik atau tidak beradab.

Budaya keadaban atau budaya yang sepantasnya masyarakat ciptakan sesuai dengan norma susila dan norma kesopanan harus terus diajarkan kepada masyarakat Indonesia khususnya generasi Z. Sebab generasi Z menurut sensus penduduk (BPS) menunjukkan dari 270,2 juta penduduk Indonesia 27,94 persen adalah generasi Z. Generasi Z sudah melampaui generasi milenial yang hanya 25,87 persen dan generasi X 21,88 persen. Bahkan secara global gen Z menyumbangkan 26 persen penduduk dunia. Proporsi penduduk gen Z Indonesia lebih besar dibanding global.

Generasi Z adalah penerus bangsa dan masyarakat Indonesia, maka dari itu budaya yang harus diciptakan adalah budaya yang berkeadaban agar menciptakan lingkungan yang baik, ramah dan sopan santun. Jika generasi Z terus dibiarkan mengkonsumsi mentransfer melimitasi budaya yang tidak sesuai bahkan kontroversial dengan negaranya. Mereka akan terpengaruh dan terbiasa dengan lingkungan toxic dan menganggap prilaku tersebut lumrah.

Hal yang harus dilakukan adalah terus memesatkan informasi yang baik dan kredibel dari pada informasi yang konstroversial yang berdampak negatif terhadap budaya indonesia. Atau bisa menggantinya dengan budaya-budaya atau pekerjaan lain yang lebih bermanfaat dan menyenangkan sehingga membuat mereka lupa terhadap hal-hal yang bersifat negatif.

Tentunya para institusi dan gerakan-gerakan kebudayaan bisa berperan aktif dalam menampilkan dan mengajarkan budaya yang baik terhadap generasi Z dan terus berdialog dengan mereka agar budaya-budaya yang ditampilkan dan diajarkan disukai oleh mereka.

Oleh: Muhammad Nur Ghazali, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Leave a Comment