Telaah Pendidikan Kritis dan Media Sosial

pendidikan kritis

Modernis.co, Lamongan – Covid 19 telah menyebabkan perubahan pada semua aspek kehidupan, baik aspek ekonomi, budaya, sosial, agama dan bahkan pendidikan. Kelaziman-kelaziman perilaku  dalam kehidupan yang biasa dilakukan oleh masyarakat, berubah menjadi ketidakzaliman. Di beberapa perusahaan telah terjadi PHK besar-besaran, sehingga ekonomi rakyat terganggu. Masyarakat harus diam di rumah dan menjaga jarak dengan orang lain, sehingga terjadi perubahan cara berkomunikasi antar masyarakat.

Kebiasaan-kebiasaan berkumpul yang dilakukan oleh umat Islam, pada momen-momen tertentu untuk bersilaturahim, berubah menjadi hal yang partikular. Pendidikan sebagai media interaksi antara guru dan siswa secara langsung, berubah menjadi interaksi lewat udara. Shalat fardlu dan Idul Fitri yang biasa dilakukan di masjid, harus dilaksanakan di rumah. Namun demikian harus dapat dimaklumi dan dipahami, bahwa perubahan-perubahan tersebut dilakukan sebagai bentuk kedaruratan hidup.

Namun, pesatnya perkembangan media sosial justru menjadi boomerang bagi para penggunanya. Tidak sedikit siswa yang salah menggunakan media sosial ini. Pendidikan bertujuan menciptakan siswa yang berkarakter justru malah sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh pemakaian media sosial yang tidak terbatas dan tanpa control. Perkembangan media sosial (medsos) yang memiliki dampak luar biasa dalam menentukan hitam putihnya karakter pendidikan  anak bangsa dianggap bahwa media sosial pada era digital ini diyakini menjadi salah satu penyebab  menurunnya kualitas siswa.

Berbagai kejadian negatif yang menimpa dunia pendidikan berawal dari pemakaian tak terbatas terhadap penggunaan media sosial. Keunggulan dan kelebihan dari media sosial yang seharusnya digunakan untuk membangun pondasi keilmuan di sekolah, seakan sirna manakala anak bangsa justru terseret dalam berbagai problematika yang berawal dari penggunaan media sosial yang tidak terkontrol. Pergaulan bebas, pemakaian obat terlarang, budaya acuh dan budaya alay seakan menjadi hal biasa dan lumrah di kalangan pelajar.

Harus diakui bahwa moral suatu bangsa sebenarnya juga ditentukan oleh pergerakan media sosial di dalamnya. Apabila diibaratkan, media sosial itu adalah sebuah sumber mata air yang jernih dan masyarakat itu meminum air yang jernih maka mereka dapat menghilangkan dahaga mereka dengan tenang. Sebaliknya apabila air keruh yang mereka minum maka hidup mereka sudah tidak sehat lagi. Pendidikan karakter dan kepribadian adalah salah satu cara untuk mengubah bangsa ini menjadi sebuah kekuatan dalam upaya membangun  negeri ini untuk menjadi menjjadi lebih bermartabat. Kemajuan teknologi informasi internet seharusnya dimanfaatkan sebagai bentuk sistem pendidikan karakter untuk bangsa ini.

Bangsa Indonesia dalam satu dekade menjadi bangsa yang sangat masif dalam media sosial. Menduduki peringkat ketiga sebagai negara pengguna media sosial Facebook maupun twtter. Sebagai negara yang sering menggunakan media sosial, maka kesempatan untuk memperkuat pendidikan karakter dan kepribadian harus segera dibangun melalui perkembangan teknologi informasi.

Lantas, apakah kita langsung memvonis bahwa media sosial harus dilawan dan dilenyapkan untuk menghindari semakin pudarnya nilai karakter siswa. Bukanya justru sebaliknya kita sebagai insan pendidikan untuk masuk ke dalam lingkaran media sosial tersebut dalam rangka  memperkuat dan menyemai benih-benih pendidikan karakter anak bangsa. Oleh karena itu, di samping guru, siswa juga harus mampu mengontrol diri yakni dengan penuh kesadaran diri menerima  perkembangan media sosial  dengan segala dampak positif dan negatif.

***

Perkembangan Media Sosial

Media lama yang terdiri dari TV, radio, dan print adalah merupakan fase lama yang tidak menarik dan mulai beralih ke media baru. Beberapa istilah yang kita kenal dalam media sosial yaitu Social Media, Sosial Network, SNS dan Commuccation Network. Secara garis besar sosial media dan social media dan social network menggunakan sistem yang sama yaitu media online yang terkoneksi internet dengan banyak orang tanpa batas geografis, ruang dan waktu dengan bertujuan untuk berkomunikasi berbagai sesuatu dan mengungkapkan pendapat secara online.

Social Networking Sites adalah salah satu situs pendukung Computer Mediated Communication (CMC) untuk  interaksi online. Teori CMC yang dikembangkan oleh Joseph B. Wather adalah proses komunikasi yang bersifat virtual (maya) dengan menggunakan data teks komputer tanpa tatap muka sehingga mengurangi arti dari hubungan interpersonal. Teori ini menjelaskan proses komunikasi dimediasi komputer yang melibatkan manusia untuk pertukaran informasi dengan menggunakan karingan internet. CMC adalah kebiasaan menggunakan internet, seperti mengirim e-mail. Chatting, menjadi anggota mailing dan sebagainya.

Andreas Kaplan dan Michael Haelinh mendefinisikan bahwa media sosial adalah sebuah kelompok aplikasi menggunakan basis internet dan teknoologi we 2.0 yang memungkinkan pertukaran dan penciptaan user-generated content. Perkembangan media sosial di Indonesia semakin berkembang pesat sejak didukung infrastruktur baik dari perangkat, jaringan internet maupun teknologi.

Manfaat Media Sosial Dalam Pendidikan

Pemanfaatan media sosial atau internet dalam lembaga pendidikan saat ini adalah sebuah keniscayaan, sehingga semua aktifitas pendidikan tidak lagi dilakukan dengan sistem manual. Bahkan dalam pembelajaran telah menggunakan sistem e-learning, sehingga dapat dikatakan pendidikan saat ini dilaksanakan dengan basis teknologi informasi memberikan banyak manfaat  yang antara lain, tidak lagi  tergantung pada ruang dan waktu. Artinya tidak ada halangan berarti untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar lintas daerah, lintas wilayah, bahkan lintas negara.

Dengan adanya e-learning pengajar dan siswa tidak lagi selalu harus bertatap muka dalam ruang kelas pada waktu bersamaan dan tidak memerlukan biaya mahal.  Seorang pelajar di daerah dapat belajar langsung dari pakarnya di pusat melalui fasilitas internet chatting atau mengakomodir suara bahkan gambar realtime. Sekolah-sekolah dapat dengan mudah melakukan kerjasama yang salig menguntungkan, di mana sekolah yang lebih maju dapat membantu sekolah yang belum maju, sehingga dapat diupayakan adanya pemerataan pendidikan.

Ketersediaan informasi yang melimpah dari sumber-sumber di seluruh dunia, dapat menambah pengayaan materi dengan jumlah tidak terbatas, sehingga jumlah materi yang secara manual terbatas, dapat diatasi. Dalam konteks ini Woodall dan Cobby menganalisis daya tarik media sosial atas  media tradisional dengan menyatakan empat elemen penting yang berdampak psikologis, yakni dapat berbagi kegembiraan, memuaskan hati, mencari saran dan berbagi pengalaman.

***

Pendidikan Kritis dan Probem Media Sosial

Pendidikan kritis adalah paradigma berpikir untuk membangun kesadaran masyarakat dalam ruang pendidikan dengan melakukan perlawanan atas kekuatan ekonomi, relasi yang timpang dan politik. Pendidikan kritis hadir dan memihak kepada kelompok-kelompok yang termarjinalkan. Secara lebih khusus, pendidikan kritis dijadikan sebagai basis dalam berpikir dan bertindak para peserta didik untuk melihat dunia berdasarkan kesadaran kritisnya. Menurut Freire pendidikan kritis memberikan kontribusi lebih khusus dalam praktik pendidikan, yakni membangun relasi  dialogis.

Hubungan pendidik dan peserta didik terbangun dengan dialogis. Dialog yang terbangun ini kemudian disusul dengan mempraktikkan pendidikan  ko-eksistensi, yaitu pendidik dan peserta didik sama-sama bertindak terhadap kenyataan. Pendidik menjadi fasilitator untuk menghubungkan aktifitas kesehariannya dan pengalaman hidupnya dengan literature kritis yang dipelajari di kelas.

Membangun pengalaman keseharian dapat menumbuhkan  dan menciptakan kesadaran kritis sesuai dengan pengetahuan dengan realitas, maka akan tercipta pengetahuan baru yang merefleksikan kembali cita-cita revolusioner, pendidikan kritis merupakan sebuah proses dialektis dan mendukung proses dialog yang saling memengaruhi antara pendidik dan peserta didik.

Dalam menghadapi perkembangan media sosial dengan segala dampak positif dan negatifnya, pendidik berperan penting dalam mengontrol langsung perilaku peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mencoba masuk dalam dunia siswa untuk memperbaiki  karakter melalui media sosial yang dalam era sekarang ini menjadi sebuah tren di kalangan pelajar kita. Sapaan dan untaian kata positif pendidik setiap hari di media sosial akan berdampak pada psikologis siswa untuk mengikuti alur pikiran pendidik yang dituangkan dalam media sosial.

Secara tidak langsung, interaksi ini akan menjadikan hubungan pendidik dan peserta didik menjadi sebuah kekuatan untuk membangun sebuah pondasi karakter yang kuat. Andai semuanya berjalan secara konsisten, maka tidak begitu sulit bagi pendidik untuk sedikit demi sedikit masuk dalam kehidupan psikologis siswa untuk menyemai benih-benih kebaikan. Begitupun sebaliknya pendidik dapat  memantau dan mengontrol karakter siswa dalam interaksi keseharian lewat media sosial.

Pendidik harus mampu menjadi attack and defense dalam proses pendidikan, di mana pada satu sisi pendidik dituntut untuk melakukan transfer of knoledge tapi di sisi lain ia juga dituntut untuk melakukan filter dan  perbaikan karakter siswa akibat terkontaminasi arus globalisasi dan modernisasi. Mengubah karakter melalui sebuah apa yang menjadi sebuah tren di kalangan siswa kita akan terasa lebih mudah, karena siswa akan selalu menggunakan  media sosial tersebut dalam menumpahkan segala ekspresinya.

Ibarat suatu keluarga, media sosial seharunya mampu menjadi generasi memiliki generasinya sendiri dan setiap zaman memiliki zamannya tersendiri. Kita dapat mengubah generasi yang kemarin dengaan cara kita, karena mereka juga memiliki generasinya sendiri. Sekarang saatnya kita membina anak-anak sesuai dengan cara-cara masa kini, mengingat anak-anak lebih mudah memahami sesuatu dari apa yang ia lihat dan rasakan sendiri.

Kita dapat mengantisipasi perubahan karakter  lewat penggunaaan  media sosial secara positif, maka akan terlahir generasi yang kuat dan  tangguh yang memiliki visi yang kuat dalam membangun pilar-pilar bangsa. Dengan kata lain, perkembangan  media sosial yang cukup besar disertai pengguanya yang benar dapat memberikan hasil yang baik dalam mebentengi diri serta mewujudkan fungsi dan peran pendidikan karakter di sekolah yang bertujuan untuk membina potensi pesera didik secara utuh dan bulat, layak, manusiawi, dan berbudaya. Tak hanya itu, nilai-nilai moral luhur budaya/ kepribadian bangsa Indonesia sebagai jati diri atau kepribadian yang diyakini nalar, serta membudaya pada diri dan kehidupan generasi penerus.

Oleh: Fathan Faris Saputro (Founder Rumah Baca Api Literasi)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment