Modernis.co, Malang – Televisi pada dasarnya hanyalah benda elektronik yang menangkap siaran via gelombang atau kabel, untuk di tampilkan dalam gambar dan bunyi. Di awal perkembangannya, televisi berukuran sangat besar, berwarna hitam putih, tanpa suara, serta menampilkan acara dan tayangan sederhana, baik bersifat informatif maupun positif.
Akan tetapi seiring berkembangnya zaman telah mengubah bentuk, konten, serta tujuan dari muatan tayangan televisi tersebut. Sekarang sudah hadir televisi berukuran hp (handphone), secara konten, acara semakin bervariasi dari berita hingga tayangan hiburan.
Sikap masyarakat Indonesia terhadap televisi cukup beragam, akan tetapi mayoritasnya,sadar ataupun tidak, kini televisi dijadikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Dan menonton televisi sekarang menjadi salah satu rutinitas sehari-hari. Lamanya durasi waktu yang digunakan untuk menonton televisi pun berbeda satu sama lain.
Kehadiran tayangan televisi yang beragam memang mampu menjadi salah satu hiburan di tengah kesibukan sehari-hari. Faktanya, hampir seluruh lapisan masyarakat, dari segala tingkat strata pendidikan, tiada hari yang terlewatkan tanpa menonton televisi, setiap orang dari anak-anak, remaja, hingga orang tua bisa dipastikan menghabiskan sedikit waktu bahkan hingga berjam-jam untuk menonton televisi.
Dengan berbagai variasi program acara yang disuguhkan, telah memberikan daya tarik tersendiri kepada masyarakat. Diberikan dengan sukarela dan tanpa pandang bulu. Hasilnya dampak negatif yang terdapat dalam media mempengaruhi keseharian para pemirsa, khususnya terkait soal akhlak dan gaya hidup masyarakat.
Hampir semua tayangan nya kurang mendidik dan tidak ada manfaatnya, bahkan merusak para penerus generasi bangsa. Pagi hari sudah disuguhi dengan tayangan gosip, yang biasanya mengolah publik figur, seperti artis, pejabat pemerintah, politikus hingga para ulama.
Tema yang dibahas pun tidak jauh-jauh dari perceraian, aktivitas pribadi, hingga saling menjatuhkan satu sama lain. Demikian pula acara sinetron, yang sering menceritakan tentang kekerasan dalam rumah tangga, caci maki, penganiayaan, hasut, kata-kata kasar, hingga percintaan yang di dramatisir sehingga menarik para pemirsa.
Menurut seorang penulis buku dan pegiat pendidikan yaitu Budi Maryono, bahwa pada dasarnya telivisi adalah sihir yang menghipnotis siapa saja yang menontonnya, dan apapun tayangan televisi itu, tujuan utamanya adalah mengeruk laba dengan banyaknya penonton.
Sedangkan pendapat lain yakni dari Dr. Tajuddin, MA yang merupakan Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), beliau mengatakan dari sekian acara di televisi, acara yang mengandung unsur positif atau acara tentang keagamaan malah ditayangkan di jam-jam istirahat, sehingga terkalahkan dengan tayangan yang kurang manfaat.
Kalau kita perhatikan secara seksama acara di televisi, banyak program acara yang kurang bahkan tidak memiliki kualitas, dan manfaat. Dari sekian banyak saluran televisi, rata-rata hampir seluruh media memiliki program acara yang nyaris sama. Dalam dunia media di Indonesia saat ini, bukan karena bagusnya kualitas dan manfaat acara tersebut, akan tetapi pencapaian banyaknya jumlah penonton lah yang menjadi tolak ukur utama kesuksesan sebuah program acara.
Televisi, bila dilihat dari kontennya, memiliki dua dampak bagi kita, yakni dampak baik dan dampak buruk. Sisi negatif inilah yang sangat harus diperhatikan, pasalnya dampak negatif dari tayangan televisi sangat kuat, khususnya terhadap anak-anak yang masih kurangnya pemahaman.
Secara langsung, televisi telah menjadi pengaruh bagi dunia pendidikan, terutama bagi kalangan kanak-kanak yang masih dalam tahap mencontoh apa yang mereka lihat. Juga pada kalangan remaja yang sedang mencari jati diri sebagai individu dalam masyarakat.
Hal yang menyebabkan pergaulan bebas seperti pacaran sampai perselingkuhan dan perzinahan pun sekarang dianggap sebagai hal yang sudah biasa. Itu semua disebabkan dari film Indonesia yang berbau horor, yang mana alur filmnya sudah bisa ditebak, banyak menceritakan tentang pergaulan bebas dan menampilkan adegan-adegan yang berbau pornografi.
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 32 yang artinya dan janganlah kamu mendekati zina itu sungguh perbuatan keji, dan suatu yang buruk. Dari ayat tersebut sudah dijelaskan bahwa mendekati zina saja dilarang apalagi sampai melakukannya.
Maka dari itu, supaya terhindar dari hal-hal negatif tayangan televisi, apalagi sekarang berada di masa pandemi, yang mana pembelajaran dilakukan secara daring (dalam jaringan), otomatis kegiatan akan banyak dilakukan di dalam rumah, otomatis anak-anak jika merasa bosan maka mereka pasti akan menonton televisi agar tidak bosan, jadi peran orang tua dalam mengawasi anak-anak ketika menonton televisi sangat dibutuhkan, untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan serta mengarahkan kepada mereka hal-hal yang baik dan bermanfaat.
Oleh : Naufal Nazhif Nashrullah (Mahasiswa Fakultas Agama Islam UMM)