Modernis.co, Malang – Amerika adalah sebuah negara adidaya yang tidak hanya memiliki kekuatan militer yang kuat, akan tetapi juga memiliki perekonomian yang kuat hingga menguasai pasar keuangan dunia dan membuat Amerika mempunyai pamor yang sangat luas bagi negara – negara lainnya.
Sebagai salah satu negara yang berpengaruh maka sudah seharusnya pemilihan pemimpin negara tersebut menjadi perhatian bagi negara – negara lainnya, bahkan menjadi topik hangat yang dibicarakan dalam beberapa waktu belakangan ini. Tidak hanya menjadi perhatian bagi para pemimpin dari berbagai negara, akan tetapi juga menjadi materi yang sangat menarik untuk didiskusikan oleh para pengamat politik hingga mahasiswa yang notabenenya akan menjadi tunas harapan penerus kemajuan dan perkembangan bangsa dalam berbagai aspek.
Pada pemilihan kali ini Amerika memiliki dua pasang calon pemimpin negara yaitu Donald Trump dan Mike Pence dari Partai Republik yang merupakan petahana serta Joe Biden dan Kamala Harris dari Partai Demokrat yang merupakan oposisi dari paslon yang pertama.
Donald Trump adalah sosok pebisnis yang memiliki bisnis di bidang properti dan bisnisnya tersebut ia warisi dari ayahnya yang bernama Fred Trump (1905 – 1999) pada tahun 1971 dan ditahun 1973 ia mengubah nama perusahaannya menjadi Trump Organization dan menjadi pemimpin perusahaan tersebut hingga saat ini. Ada satu hal yang menarik dalam karir politik dari Trump saat ia pernah mencalonkan diri sebagai calon Presiden Partai Reformasi akan tetapi ia mengundurkan diri tepat sebelum pemungutan suara dimulai pada tahun 2000.
Trump menjadi Presiden terpilih pada pemilihan di tahun 2016 setelah berhasil mengalahkan lawannya Hillary Clinton dan menggantikan Barack Obama untuk memimpin Amerika Serikat bersama pasangannya Mike pence yang merupakan seorang politikus konservatif yang berpengalaman dan bisa disebut sebagai salah satu politikus memiliki karir politik yang sukses terlihat dari perjalanannya hingga akhirnya menjadi wakil presiden di saat kepemimpinan Trump.
Salah satu alasan mengapa ia dipilih oleh Trump untuk menjadi wakilnya adalah karena Trump merasa Mike memiliki alur politik yang sama dengannya terlihat Ketika Mike mendukung Trump untuk meneruskan pembangunan tembok di perbatasan antara Amerika Serikat dengan Meksiko di saat kebijakan ini mendapat banyak pertentangan tidak hanya dari para lawan politiknya seperti Nancy Pelosi yang merupakan Ketua DPR dari Fraksi Partai Demokrat bahkan ia mendapat penolakan dari sesama anggota partainya sendiri.
Sedangkan Joe Biden yang menjadi oposisi dari petahana yaitu Donald Trump dan Mike Pence merupakan seorang Politikus berpengalaman yang menjadi Wakil Presiden di masa pemerintahan Barack Obama pada periode pertama semenjak tanggal 20 Januari 2009 sampai dengan 20 Januari 2017. Pemilik nama lengkap Joseph Robinette Biden Jr ini pun juga seorang senator Amerika Serikat dari Dalware semenjak 3 Januari 1973 sampai dengan 15 Januari 2009.
Kamala Devi Harris yang menjadi calon wakil presiden dari oposisi ini merupakan sosok wanita berkulit hitam keturunan india – amerika yang aktif dalam memperjuangkan hak – hak kemanusiaan dalam berbagai hal seperti isu Rasisme yang kerap kali terjadi kepada orang – orang berkulit hitam di negara tersebut.
Selain itu ia juga merupakan orang kulit hitam pertama yang menjadi Jaksa wilayah di San Francisco pada tahun 2007 dan di California pada tahun 2010 hingga sekarang ia merupakan senator Afrika-Amerika pertama di negara itu dan senator India-Amerika pertama di Amerika Serikat.
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat ke 59 dilaksanakan pada Selasa, 30 November 2020 yang berakhir dengan kemenangan pasangan calon dari oposisi yaitu Joe Biden sebagai Presiden dan Kamala Harris sebagai wakilnya yang akan dilantik pada 20 Januari 2021 mendatang.
Hal ini menjadikan Joe Biden menjadi presiden tertua saat ini yang dilantik menjadi presiden diumurnya yang ke 78 serta menjadikan Kamala Harris sebagai perempuan berkulit hitam pertama yang menjadi wakil presiden di negara adidaya tersebut. Akan tetapi Trump selaku petahana yang telah diungguli oleh pasangan oposisi merasa ada kejanggalan atas hasil yang sudah diumumkan, Ia merasa dicurangi oleh seseorang sehingga hasil yang ia harapkan tidak tercapai.
Laporan demi laporan ia layangkan kepada beberapa negara bagian terkait hasil tersebut. Berbagai macam respon baik positif maupun negative mewarnai Tindakan tersebut. Salah satu yang memberikan respon tersebut adalah Joe Biden paslon yang telah terpilih menjadi presiden selanjutnya mengatakan bahwa “Ia (Trump) sebagai Presiden Amerika sebelumnya telah mengirimkan pesan merusak tentang fungsi demokrasi dan ia akan diingat sebagai salah satu Presiden yang tidak bertanggung jawab dalam sejarah Amerika Serikat’’.
Sedangkan bagi pendukung Trump itu sendiri masih berharap bahwa Trumplah yang akan memenangkan pemilihan kali ini, karena mereka tetap yakin dan percaya bahwa hanya Trump yang mampu membawa Amerika menjadi lebih baik seperti yang dikatakan oleh Golden Taylor seorang perempuan berusia 35 tahun yang berasal dari Texas bahwa “Jika Biden benar – benar menang maka 4 tahun kedepan akan menjadi lebih buruk” .
Namun George W. Bush selaku senior Partai Republik saat ini dan juga Presiden ke 43 di Amerika Serikat mengucapkan selamat atas terpilihnya Joe Biden dan Kamala Harris sebagai Presiden dan Wakilnya dan berterima kasih atas pesan patriotik yang disampaikan oleh Biden, iapun juga menuturkan bahwa walaupun memiliki perbedaan pandangan dalam berpolitik dengan Joe Biden tetapi ia percaya bahwa Biden akan memerintah untuk semua orang Amerika (9-11-2020).
Oleh : Muhammad Hisyam (Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UMM)