Modernis.co, Malang – Hanya dalam jangka waktu yang singkat, kita menjadi was-was setiap akan berpergian. Kita pun saling curiga kepada sesama, tak saling jabat tangan, tak saling berdekatan, jarak pun selalu kita perhatikan.
Satu virus kecil membuat kita kocar-kacir, mungkin inilah cara Tuhan mengingatkan kita. Memberi isyarat bahwa kita telah terlalu banyak berbuat kerusakan di bumi ini, mengabaikan tugas kita sebagai khalifatul ardhi, tak berbuat adil demi kepuasan diri.
Bumi seakan diistirahatkan oleh Sang Kuasa. Manusia diminta untuk merenung kembali, terkurung dalam penjara tak berjeruji. Hendak pergi pun kita selalu diwaspadai. Anak-anak mulai lebih banyak waktu dirumah, para pekerja, pejuang dunia, penerjang hiruk-pikuk kota sekarang harus mendekam dalam rumahnya.
Mungkin ini cara Tuhan agar kualitas keharmonisan dalam keluarga semakin terbina, anak-anak semakin sering berinteraksi dengan orang tuanya, seorang suami semakin harmonis dengan istrinya. Sebuah doa sakinah mawwadah warrahmah pun semoga terlaksana.
Perlu kita ketahui, tak selalu semua ini tentang keburukan. Di Wuhan, langit yang sebelumnya kelabu sekarang menjadi biru sebab berkurangnya secara drastis polusi di udara. Kota yang sekarang seakan menjadi kota hantu ternyata sedang membersihkan dirinya, dari polusi yang merusak suasana.
Ajakan pemerintah untuk tetap dirumah, kadang ditangkap salah oleh para manusia tamak. Karena ketamakannya, karena ketakutannya akan kelaparan, merekapun menimbun berbagai kebutuhan, seakan hendak perang dan lupa bahwa rizki telah dijamin oleh Tuhan, merugikan yang lain tak perduli dengan yang miskin.
Islam menjadi agama yang dipuji di dunia. Wudhu dan pakaian tertutup dianggap paling higenis, padahal orang Islam melaksanakan hal tersebut karena cinta terhadap Sang Pemberi Syariat. Sebelumnya, Islam dianggap ekstrim, radikal, kadal gurun, teroris, dan warga Eropa pun takut dengan hijab.
Namun kini segala pandangan itu berubah karena ajaran agama ini yang mengajak untuk selalu membersihkan diri. Wanita berhijab di Eropa mulai dihargai, dihormati, orang pun menjadi respect terhadap Islam
Disudut lain, ditiadakannya acara kegamaan, keluarnya fatwa oleh para Alim Ulama, sholat jumat pun boleh diganti dengan sholat dhuhur dirumah menggambarkan bahwa Tuhan ingin memberikan bencana, pada siapa saja tanpa mengenal suku bangsa dan agama.
Bagi kita yang terbiasa jamaah di masjid, dengan adanya virus ini kita diajarkan bahwa sholat paling nikmat adalah ketika imam dengan kita berada dalam jarak terdekat. Mungkin setelah ini semua selesai, kita akan rindu dan berbondong-bondong jamaah ke masjid.
Dibalik semua ini, pasti tersirat sebuah hikmah, karena Allah Sang Maha dari segala Maha lebih mengetahui apa yang kita butuhkan dibanding yang kita keluhkan. Tetap jaga diri, jangan sampai lalai terhadap syariat, jalani dengan kuat.
Tuhan sangat sayang pada hamba-Nya, tak akan memberi cobaan diluar kemampuan seorang hamba. Mari kita senantiasa berikhtiar semampu kita, lalu bertawakal kembali kepada Sang Kuasa. Semoga bumi lekas membaik, karena ini rumah kita.
Al-fatihah, Allahumma inni a’udzubika minal barashi wal junuuni wal judzaami wa min sayyi-il asqaami. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.
Oleh : Annas Firmansyah