Modernis.co, Malang – Sejarah menjadi hal pokok dalam membangun peradaban sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta segala kejadian-kejadiannya.
Dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan atau pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres masa depan.
Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi yaitu penglihatan ke masa silam, ke masa sekarang dan masa yang akan datang. Dalam penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi dan sedikit banyak tidak dapat melepaskan diri dari perspektif masa depan
Namun perlu kita sadari secara bersama bahwa disituasi saat ini sejarah ekonomi perlu kita ketahui mengingat kondisi ekonomi di Indonesia stabil dan non stabil, hal ini mengajak kita untuk singgah dimasa lampau dalam membangun peradaban ekonomi suatu bangsa dan tentunya kita aplikasikan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Konsep Pembangunan Ekonomi Karl Marx
Perkembangan Ekonomi tentu tidak lepas dari tokoh ekonom-ekonom yang merubah keadaan dunia sampai dengan perubahan yang sangat merata dikalangan bangsa. Hal ini dibuktikan dengan gagasan yang tetuang dalam beberapa tokoh dan terbukti dibeberapa negara
Seperti hal nya pemikiran ahli Ekonomi Karl Marx Ekonomi Marxis mengacu pada teori ekonomi pada fungsi kapitalisme yang didasarkan pada karya-karya Karl Marx. Para penganut ekonomi Marxis, khususnya akademisi, membedakannya dari Marxisme sebagai ideologi politik dan teori sosiologi.
Dengan argumen bahwa pendekatan Marx bagi memahami ekonomi secara intelektual terbebas dari anjurannya atas sosialisme revolusioner atau dukungannya terhadap revolusi proletar. Para penganut ekonomi Marxis menganggap teori ekonomi Marx merupakan dasar kerangka analitis yang sangat elok, dan alternatif bagi ekonomi neo-klasik yang bertambah konvensional.
Ekonom Marxis tidak hanya bersandar sepenuhnya pada karya-karya Marx dan Marxis lain yang sudah dikenal secara luas saja, mereka menarik teori dari beragam sumber, elok Marxis maupun non-Marxis.
Dalam hal pembangunan ekonomi, Karl Marx mengutamakan kajian mengenai dampak dari keruntuhan sistem kapitalisme dalam jangka panjang. Dalam analisa ekonomi kapitalis, Marx mengemukakan pandangan bahwa komunisme akan memperluas pengaruhnya seiring dengan kegagalan sistem kapitalis dalam memperluas pengaruhnya.
Analisa ini digunakan untuk mengkaji pembangunan ekonomi kapitalis. Kebijakan ekonomi di negara-negara komunis dipengaruhi oleh pemikiran Marx mengenai pembangunan ekonomi. Negara-negara yang menjadikan pemikiran ini sebagai landasan penentuan kebijakan ekonomi utamanya ialah Uni Soviet dan Tiongkok.
Pemanfaatan Sistem Kapitalis
Istilah yang sudah tak asing lagi di telinga. Arti kapitalis sendiri seringkali dikaitkan dengan mereka yang memiliki modal atau pemilik modal. Sementara pahamnya disebut kapitalisme. Arti kapitalis juga diartikan sebagai pasar bebas.
Dalam menjalankan sistem perekonomian, suatu negara membutuhkan suatu ideologi ekonomi agar seluruh fungsi bisa berjalan dengan baik serta teratur. Ada sejumlah ideologi yang bisa diadopsi, salah satunya yakni kapitalisme. Memang tidak ideologi ekonomi yang sempurna. Banyak negara menerapkan sistem ekonomi campuran, sehingga hampir tak ada negara yang benar-benar menerapkan kapitalisme.
Contoh negara Sistem ekonomi kapitalis banyak diterapkan di negara-negara Barat. Roda ekonomi banyak dijalankan oleh pemilik modal dengan minimnya peran pemerintah yang ditandai dengan minimnya keberadaan perusahaan milik negara.
Amerika Serikat dengan sistem pasar bebasnya adalah contoh negara yang menerapkan sistem kapitalis. Namun tak ada negara yang benar-benar menerapkan kapitalisme secara mutlak. Meski menganut ekonomi pasar, pemerintah Amerika Serikat seringkali memberikan subsidi besar hingga kebijakan pajak untuk beberapa pelaku usahanya. Dengan kata, negara masih memiliki campur tangan dalam ekonomi.
Oleh: Mikrajul Mukminin (Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang)