Modernis.co, Pacitan – Pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada 9 Desember 2020, sebagai upaya pergantian kepala daerah menuju kepemimpinan dan upaya untuk mensejahterakan masyarakat Pacitan. Paslon Bupati Pacitan untuk paslon nomor urut 01, Indrata Nur Bayu Aji, S.S dan Gagarin, S.Sos, serta untuk paslon nomor urut 02 adalah Drs.H. Yudi Sumbogo, MM dan H.Isyah Ansori, S.Sos, M.Si.
Dalam perdebatan terbuka yang dilakukan sudah dua kali ini, masih membuat kurang yakinnya masyarakat. Masyarakat masih meragukan mengenai apa tujuan dari terbentuknya visi misi para paslon baik nomor urut 01 maupun 02.
Segala upaya yang diberikan serta kampanye yang sudah dilaksankan, ternyata masih ada beberapa orang yang masih belum menemukan pilihannya. Perlu diketahui bahwasannya, sikap nyata dari seorang pemimpin sangat diperlukan.
Visi misi yang mereka bentuk, belum tentu bisa terealisasikan dengan alibi mensejahterakan rakyat. Rakyat hanya meminta bukti nyata yang mana hasilnya bisa dilihat ketika paslon baik nomor urut 01 maupun 02 menjadi seorang leadership.
Seorang leader bukan hanya memegang sesuatu kekuasaan dan wewenang, namun tanggungjawab yang begitu besar untuk dijadikan sebagai upaya pembentukan sebuah tata kelola pemerintahan.
Tata kelola pemerintahan yang dijadikan pondasi suatu kuatnya suatu daerah dalam memajukan dan mengembangkan pemerintahannya. Debat terbuka, yang sudah terjadi masih dianggap kurang memuaskan karena pertanyaan yang diberikan dan jawaban yang dilontarkan masih dalam bayangan.
Sangat disayangkan jika perdebatan hanya berupaya untuk mendapatkan suara rakyat. Dalam hal ini, seorang calon pemimpin wajibnya memiliki pondasi yang kuat.
Seorang pemimpin yang sudah terpilih, visi misi mereka yang pernah mereka lontarkan akan dimintai pertanggungjawaban oleh masyarakat. Agar dalam kepemimpinannya apa yang mereka ajukan bisa direalisasikan.
KPU Kabupaten Pacitan masih menjalani beberapa episode debat terbuka. Pemerintah sadar mengenai apa yang sebenarnya diingikan masyarakatnya. Dalam pengadaan debat terbuka membuat masyarakat.
Agar melihat bagaimana cara paslon pilbup ini menyanggah masing-masing argument dari kubu lawan. Ketepatan dan kenyataan dalam melontarkan jawaban mempunyai nilai tersendiri bagi masyarakat.
Kenyataan suatu statement membuat masyarakat sadar bahwa kenyataan harus ditegakkan. Komitmen yang dibuat oleh paslon pilbup bisa jadi pemanis dan pengais suara rakyat.
Mindset masing-masing rakyat harus bisa diubah, karena kesejahteraan masyarakat masih menjadi aspek penting bagi pemerintahan maupun rakyat yang terlibat.
Kesiapan pemilihan bupati harus benar-benar dipersiapkan agar kita sebagai pemegang hak pilih tidak salah memilih. Suatu tata kelola pemerintahan tertinggi terletak pada kepemimpinan yang diterapkan.
Sikap langsung mempercayai adalah suatu kesalahan yang mana belum tentu benar.
Paslon yang melontarkan jawabanpun masih dianggap belum riil karena apa yang mereka lontarkan belum tentu bisa mereka terapkan. Karena, mereka juga belum tau bagaimana kejadian atau masalah yang sesungguhnya.
Masyarkat hendaknya bisa menempatkan diri dengan apa yang mereka lihat. Untuk saat ini, masing-masing paslon mendekatkan diri kepada masyarakat atau biasa disebut “blusukan”.
Untuk hal ini, daya tarik seorang pemimpin kepada rakyatnya yang mulai diberikan brandwash political. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pacitan menyiapkan rekapitulasi penghitungan suara Pilbup Pacitan secara elektronik melalui aplikasi sistem informasi rekapitulasi elektronik (Sirekap). Aplikasi ini nantinya akan digunakan untuk merekap hasil pemungutan suara Pilbup 2020.
Aplikasi ini sebagai informasi, untuk menggunakan aplikasi Sirekap, pertama, kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) atau petugas TPS harus mencatatkan hasil pemungutan suara di suatu TPS ke formulir C-KWK. Bagian C-KWK yang difoto harus meliputi data perolehan suara pasangan calon yakni jumlah suara sah, jumlah suara tidak sah, jumlah suara sah dan tidak sah, jumlah pengguna hak pilih, dan jumlah surat suara yang digunakan.
Dengan adanya hal ini, maka sistem pemilihan bupati bisa tetap berjalan dengan lancar dan mematuhi protokol kesehatan. Serta apa yang menjadi harapan masyarakat Kabupaten Pacitan bisa direalisasikan dengan seorang pemimpin yang naik karena rakyat, tinggi karena kekuasaan bisa membantu masyarakat kecil dan benar-benar terpantau kehidupannya.
*Oleh: Cyndera Alfiati (Mahasiawa Universitas Muhammadiyah Malang)