Modernis.co, Jaksel –– Tepatnya, 18 November 2018, Muhammadiyah berumur 106 tahun. Muhammadiyah memperingati miladnya dengan mengangkat tema “Ta’awun Untuk Negeri”. Disetiap pengabdiannya untuk negeri, memunculkan berbagai inovasi, kreativitas, dan kemajuan terhadap masyarakat Indonesia.
Belum lama, kita melihat Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) pada 6 November lalu, menerima penghargaan Ormas Tahun 2018 Bidang Penanggulangan Bencana Kementerian Dalam Negeri RI atas pengabdiaannya terhadap bencana sosial yang hadir di negeri ini. Upaya tersebut bukan serta simbolitas semata, namun ikhtiar kemanusiaan secara tulus dengan spirit ta’awun digelorakan sebagai kader ummat, kader bangsa.
Ta’awun didefinisikan sebagai upaya kerjasama, tolong menolong antar sesama manusia dalam prinsip kebaikan. Selaras dengan prinsip dalam Al Qur’an, Q.S.Al Imran: 104, yang artinya “dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang ma’ruf, dan menjegah hal yang munkar. dan maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar yang menjadi inspirasi dan gerakan Muhammadiyah dalam ranah; kesehatan, pendidikan, dan sosial.
Sebagaimana dilansir dalam Suara Muhammadiyah.id, (12/11) dengan judul Spirit Majukan Bangsa Melalui Ta’awun untuk Negeri, Haedar memaparkan bahwa tema Milad Muhammadiyah ke 106 Tahun “Taawun Untuk Negeri” dipilih untuk mentransformasikan hadirnya tujuan Muhammadiyah yang telah banyak berbuat untuk memajukan kehidupan bangsa di berbagai bidang. Seperti pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan masyarakat, dan usaha-usaha dakwah pembaharuan.
Ta’awun Untuk Negeri menjadi spirit gerakan sosial Muhammadiyah, yang kemudian diharapkan menjadi gerakan sosial yang masif dan menyebar menebar kebaikan dipenjuru Nusantara. Sehingga kebermanfaatannya secara luas dapat diterima dan dirasakan oleh masyarakat.
Lebih lanjut, spirit ta’awun menjadi keharusan, dan hal ini menjadikan misi kita sebagai umat Islam, untuk kemudian mengaplikasikan Islam yang rahmatan lil’ alamin di tengah arus zaman yang kian pragmatis, materialis, bahkan hedonis. Terlebih di tahun politik 2019 kedepan, Muhammadiyah tetap konsisten dalam jalan dakwahnya, membela kemanusiaan, ta’awun untuk negeri, dalam rangka menjadikan negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang aman, tenteram, makmur, dan berkeadaban).
Maka tidak heran Muhammadiyah hingga kini, diusianya ke-106 tahun mengangkat tema “Ta’awun Untuk Negeri”, untuk kemudian terus membangun dan konsisten pada upaya pembangunan dalam segi pendidikan, kesehatan, pemberdayaan sosial di masyarakat dari segala sektor; masyarakat tertinggal, menengah, peningkatan kompetensi religiusitas dengan adanya pengajian rutin seputar fiqh, maupun merespons wacana-wacana kemajuan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi kontemporer, serta menumbuhkan semangat anak-anak muda untuk berinovasi dalam segi teknologi, kemandirian ekonomi, dan sebagainya.
Tidak pernah hilang, keberhasilan Muhammadiyah hingga sampai sekarang dari jejak K.H. Ahmad Dahlan (selanjutnya KHA Dahlan), pendiri Muhammadiyah, sebagai entitas orisinal yang telah memberi kontribusi terhadap peradaban di negeri ini. KHA Dahlan memberikan sumbangsihnya diantaranya yang sudah kita ketahui yaitu gerakan pemurnian (purifikasi) terhadap proses pembentukan masyarakat dan struktur sosial, melakukan gerakan-gerakan pemberdayaan kaum duafa, yang beliau menafsirkan ayat Allah dalam surat Al Maun, saat ini kita kenal dengan prinsip Teologi Al Maun. KHA Dahlan kalau bisa disebut sebagai orang yang “ngomong dikit, banyak praktik/kerja”.
Hingga kini, diusianya yang ke-106 tahun. Usia yang tidak sedikit untuk organisasi keagamaan-sosial berdiri. Deras arus yang datang tiada henti, bak ombak terus berdiri, bagaikan kompleksitas yang menderu di pagi dan sore hari, memberi bukan semata memberi, memberi bukan hanya sebatas ingin dilirik, dikenal, atau sampai dimengerti, serta bukan sebagai simbol (tanda) semata. Melainkan upaya tulus, & ikhlas beramal dalam bakti dengan tetap teguh dalam pendirian, yang bisa disebut sebagai dakwah yang berkelanjutan, komitmen, serta konsisten dalam peran keagamaan, dan kebangsaan di Indonesia.
Dengan demikian, Muhammadiyah mengajak seluruh elemen masyarakat melakukan usaha yang terbaik agar kehidupan kebangsaan kita tetap terjaga. Tetap menjaga kebersamaan, keharmonisan, kedamaian dalam persatuan, kebersahajaan, dan mengindahkan akhlak yang mulia di dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan tetap pada “Ta’awun untuk Negeri”, menuju Indonesia berkemajuan. Wallahu a’lam bishawab.
*Oleh : Bayujati Prakoso (Aktivis IMM Jakarta Selatan).