Surat Cinta untuk Pemimpin Banten

surat cinta pemimpin banten

Assalamualaikum Wr. Wb
Kepada Yth Gubernur Banten
Kepala Daerah Se-Provinsi Banten.
Anggota DPRD Se-Provinsi Banten.
Anggota DPD RI- Dapil Banten.

Modernis. co, Pandeglang – Dengan segala kerendahan hati bersama surat ini, di tengah Pandemi Covid-19, hiruk pikuk suara Rakyat berhamburan, segala informasi berseliweran berterbangan, masyarakat membutuhkan sentuhan-sentuhan tangan para penguasa, kami sebagai masyarakat biasa (Civil Society) apresiasi setinggi-tingginya yang telah sigap dan merespon situasi dan kondisi umat dan bangsa untuk mengantisipasi kerawanan sosial khususnya di Provinsi Banten.

Yang saya hormati sedalam-dalamnya Para Pemimpin kita, Terkhusus Kepada Kepala Daerah Se-Provinsi Banten. Kalian harus bijak dalam bertindak untuk memposisikan diri dalam memberikan mekanisme penyaluran bantuan, jangan sampai hati rakyat teriris dan ternodai oleh nafsu syahwat politik yang menjerumuskan untuk kepentingan sesaat.

Kami menaruh harapan besar kepada para Pemimpin, hadirlah di tengah-tengah kami sebagai penyejuk dalam gelombang ketakutan ini, jangan membuat masalah baru kepada rakyat, membawa atas nama kekuasaan dan golongan. Apabila ingin memastikan penyaluran bantuan tepat sasaran, wahai para pemimpin, turunlah ke kampung-kampung, ke pelosok-pelosok, ke tempat-tempat dimana yang kau singgahi tak layak untuk ditempati, ke tempat-tempat dimana kau disuguhkan dengan potret pemandangan memilukan dan menyayat hati.

Saya yakin masyarakat pasti merasa senang nan bahagia ketika para pemimpinnya hadir turun bersama sekadar untuk menengoknya, memastikan rakyatnya siapa yang belum makan, memastikan rakyatnya siapa yang lapar dan jiwanya terancam, saya yakin masih banyak masyarakat yang membutuhkan uluran tangan, membutuhkan bantuan, tapi sayangnya karena tidak terdata maka gagal menerima bantuan, saya ingatkan para pemimpin di Banten, jangan hanya sebatas mengandalkan mesin birokrasi yang bekerja berbasis anggaran, para petugas mendata sesuai apa yang diinginkan, kemungkinan sanak keluarga, saudara yang didahulukan, bisa jadi kerjanya asal-asalan banyak data fiktif siluman, supaya dapat keuntungan.

Wahai para pemimpin di Banten, jika kalian bekerja dalam sunyi, menerobos malam gelapnya untuk menyibak fakta yang mungkin masih tersembunyi. Memastikan apakah pejabat di pemerintahan sudah bekerja dengan baik. Menemukan masalah dan segera menyelesaikannya. Sebagai pemimpin tak perlu sungkan untuk melakukan sesuatu yang melibatkan sendiri, karena jabatan adalah amanah yang akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak, tak perlu pengawal, tidak perlu membutuhkan kamera sorotan pencahayaan yang menyilaukan mata hati. Karena sesungguhnya pengawal dan kamera sorotan itu adalah kuasa dan mata sangat Illahi. Lakukan dan pastikan semua pekerjaan dengan tangan sendiri, layaknya seorang pemimpin.

Jika menelisik sejarah, situasi paceklik sudah pernah terjadi ribuan tahun yang lalu di tanah Arab. Di sana pernah mengalami situasi yang sangat memprihatinkan. Hujan lama tak turun. Lahan menjadi tandus. Tanaman warga tak bisa dipanen karena kering kerontang. Jumlah hewan ternak yang mati, keputusasaan mendera hampir di seluruh masyarakat.

Kebijakan pemerintah sangat mempengaruhi situasi saat ini, bukankah Sayidina Umar Bin Khatab pernah memikul sendiri karung gandum untuk dikirim langsung kepada rakyatnya yang tidak punya bahan pokok pangan, sampai beliau Sayyudina Umar mengatakan “Wahai Aslam, apakah pergi mau menjerumuskan aku ke dalam api neraka. Apakah nanti kira-kira aku akan memikul karung ini maka memikul bebanku nanti di akhirat kelak?”. Sifat ketauladanan ini harus dicontoh oleh kita semua, khususnya oleh para pemimpin. Semoga masih banyak para pemimpin kita yang bersikap seperti Umar yang menentramkan rakyatnya dengan kebijakan yang adil nanti merata, bukan malah meresahkan rakyat dengan sikap keangkuhannya.

Di era informasi yang sangat terbuka ini, masyarakat bertanya-tanya soal transparansi dan keterbukaan, bukan untuk menyalahkan tapi untuk mengingatkan dan menguatkan sebagai langkah perbaikan. Perlu saya sampaikan jika para pemimpin tidak berusaha untuk terbuka kepercayaan masyarakat menurun, alih-alih memberikan perlindungan, upaya memberikan kenyamanan pun tak dilakukan.

Dalam penanganan Covid-19 semua bidang harus diperhatikan, dari sisi humanitas, ekonomi, sosial, budaya, politik dan agama. Sisi kemanusiaan adalah harga mati untuk mensejahterakan. Suara-suara buruh, guru, petani, nelayan dan kelompok-kelompok kecil lain harus diperjuangkan dan disuarakan.

Terima Kasih, Para Pemimpin Kita, dari tingkat yang tertinggi sampai tingkat RT sekalipun. Semua elemen turut ikut serta melakukan membangun kesadaran dalam penanganan Covid-19. Semuanya bahu-membahu untuk saling menghidupkan. Menjadi manusia ya harus memanusiakan. Jika membangun, maka selanjutnya adalah merawat dan memelihara. Segala bantuan sudah sebagian masyarakat rasakan, terlepas tepat sasaran ataupun tidak, terlepas itu anggaran dari mana? rakyat hanya menerima semoga bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. Terakhir saya sampaikan semoga para pemimpin kita khususnya di Banten selalu membuka mata, membuka telinga, dan tidak memakai baju-baju kebesaran, mari kita sambut kemenangan di pertengahan Ramadhan Ini, sambut zaman normal baru setelah Pandemi.

Akhir kata insan yang penuh dosa dan khilaf mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima Kasih.

Oleh :Ahmad Syafaat S.H. (Aktivis, Korpres Millenial Center wilayah Banten, Relawan Sosial, Pegiat Literasi Digital).

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment