Kita Membela Siapa, Kebenaran atau Kelompok?

kebenaran atau kelompok

Modernis.co, Malang – Beberapa hari yang telah berlalu, ada dialog disalah satu stasiun Televisi. salah satu yang menjadi narasumber adalah pengurus pusat Banser. 

Adapun pembelaan yang disampaikan oleh Banser terhadap kejadian pembakaran Bendera tersebut ialah “saya tidak yakin, apakah pembelaan tersebut murni karena pembakaran bendera tidak salah ataukah membela hanya karena satu warna organisasi”.

Alasan pembelaannya tidak cukup kuat untuk membendung stigma negatif terhadap pembakaran bendera. Demikian pula. Kita membenci tindakan pembakaran bendera.

Benarkah, tanya hati nurani kita? apa alasan kita membenci tindakan demikian? apakah murni karena tindakan itu salah ataukah hanya karena berbeda warna organisasi dengan kita? jangan sampai alasan kebencian kita sama dengan anak-anak pinggir jalan yang tidak mengecap bangku sekolah.

Katakanlah kita sepakat bahwa tindakan itu salah. namun dalam waktu yang sama, apakah kita juga membenarkan kalimat-kalimat kotor, yang justru itu keluar dari mulut para sarjana. bukankah lebih indah dan lebih aduhai jika kita masih mampu merawat kewarasan dengan tidak mengeluarkan kalimat-kalimat sampah.

Toh bukankah kalimat tauhid yang (katanya engkau bela) tidak menghendaki adanya kata-kata kotor, melaknat dan lain sebagainya. sampai dimanakah kalimat tauhid merasuk dalam sanubarimu.

Jangan sampai agama yang kita yakini ini, (meminjam kalimat Buya Syafii Maarif) “Menjadi agama dogmatis yang masih bergentayangan di langit tanpa pernah turun ke Bumi. kalimat tauhid hanya sebatas keyakinan, tidak menjadi ruh dalam tingkah laku”.

Lalu pada akhirnya, Reaksi kita terhadap kejadian ini. kita masing-masing mencari fakta sejarah untuk melegitimasi semua pendapat kita. Kita membuka catatan masa silam, tentang sahabat-sahabat nabi, para tabiin dan seterusnya. Yang membenarkan pembakaran bendera tauhid.

Begitupun sebaliknya, kita rajin menengok ke belakang, mencari tau tentang para leluhur yang mengecam pembakaran bendera tauhid. Terlepas dari polemik, apakah itu bendera Tauhid atau HTI. anda boleh baca tulisan Prof Nadirsyah Hosen mengenai ini

Di sini, saya pun tidak menjadi abu-abu, anda pun harus jelas warnanya. jangan sampai karena cinta, kita menjadi benci. Mengutip kalimat Prof Kuntowijoyo “Tidak dilarang mencintai banyak hal, yang dilarang ialah. kita mencintai sesuatu lalu membenci sesuatu yang lain”.

Atas dasar apa pun, “SAYA MENOLAK TINDAKAN PEMBAKARAN BENDERA YANG BERTULISKAN KALIMAT TAUHID”. Selebihnya, sebagai anggota persyarikatan Muhammadiyah yang ternaung dalam wadah IMM. Saya mengikuti sikap PP Muhammadiyah.

Dalam film ayat-ayat cinta 2 memaparkan, Yang pantas dicintai adalah cinta, yang pantas dibenci adalah kebencian dan yang pantas dibenarkan adalah kebenaran”.

Donggo, saat panas Bulan Oktober

Oleh:  Jumadil Aziz (Kader IMM Kom. Reformer Universitas Negeri Malang)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Leave a Comment