Di suatu petang,
Aku sedang berjalan
Kulihat dan ku jamahi padang alang-alang,
Tak ku sangka di tengah ada keanehan.
Adek kecil berlari menjumpaiku,
Ia berlari sangat kencang dan terburu-buru
Katanya “ka jangan ke situ kau akan temui beton dan paku”
Ah mungkin adek kecil tadi baru bangun tidur dan masih halu.
Berjalan aku terus maju
Ternyata ku temui tumpukan paku
Beton yang sedang tumbuh subur disana
Sungguh gersang dan panas, seperti sedang membangun neraka saja.
Tetap dengan rasa penasaran dan kebingungan
Aku terus coba cari tau semuanya perlahan-lahan
Apakah mereka suruhan tuhan
Atau mungkin manusia yang di tunggangi setan yang budiman.
“Lihat para setan itu sangat kelaparan “
Kata seseorang yang juga sedang mengamati para setan
“Biakan saja biarkan mereka kekenyangan, sampai kebegahan.
Sudah itu baru mereka kita hancurkan”.
Hah, memang bisa kita hancurkan dan kapan
Mau sampai kapan kita di bungkam slalu diam dalam kemunafikan
Sampai kapan mereka membuat kerusakan, emas di keruk habis-habisan, polusi slalu ada
Apakah kita mau, jadi budak setan yang sedang berusaha membangun kerajaan nerakanya?
Mereka jaya
Kita yang sengsara
Hukum berpihak pada setan yang berkuasa
Dan tunduk bukan jalanya
Bintang perlahan redup
Pohon tumbang dan mulut tertutup
Ah aku hanya ingin pulang
Ntah pulang ku kemana, mungkin Rahim ibu atau pulang untuk terbang.
Oleh: Mochamad Alfaizi Noor Rizkhy