Sayangi Mereka yang Perokok

sayangi perokok

Modernis.co, Malang Beberapa hari ini media sosial diramaikan dengan sebuah video yang berdurasi sekitar satu menit dari almarhum Pak Sutopo. Salah satu putra terbaik bangsa. Sebagaimana diketahui beliau meninggal pada tanggal 7 Juli 2019 karena kanker paru yang dideritanya.

Dalam video singkat tersebut pernyataan Pak Sutopo tentang perokok pasif. Video itu pun menjadi viral di media sosial, bahkan sempat menjadi tranding topik di twitter dengan hastag suara tanpa rokok.

Pada video tersebut beliau menjelaskan bahwa beliau bukan perokok, keluarga beliau juga tidak ada yang merokok. Beliau menjalankan hidup sehat. Namun, beliau adalah perokok pasif karena karyawan tempat beliau bekerja banyak yang merokok. Mungkin yang menjadi salah satu penyebab beliau mengalami kanker paru adalah karena perokok pasif.

Pada 2018 media sosial juga pernah viral dengan sebuah poster dengan gambar komedian Indro tentang iklan stop merokok. Pada poster tersebut peryataan beliau yang dikutip adalah “kebodohan terbesar yang pernah saya lakukan adalah merokok”. Poster tersebut pun banyak dishare oleh netizen di berbagai media sosial. Banyak yang mendukung gerakan stop merokok demi orang-orang yang di sayangi di sekeliling.

Dilansir dari detikhealt (25/3/18) Indonesia merupakan perokok tertinggi di dunia. WHO menyebutkan bahwa prevelensi perokok laki-laki di Indonesia pada tahun 2015 paling tinggi dengan angka 76,2 persen. Sedangkan untuk perokok Wanita di usia 15 tahun Indonesia berada di posisi paling bawah dengan prevalensi 3,6 persen. Bisa dibayangkan 76,2 persen laki-laki Indonesia adalah perokok, itu adalah sebuah angka yang cukup fantastis.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi perokok pertama karena pengaruh lingkungan, orang-orang di sekitarnya adalah perokok aktif sehingga yang awalnya tidak merokok juga ikut-ikutan menjadi perokok.

Tidak mau dikatakan sebagai laki-laki cupu karena tidak merokok, ingin melihatkan kejantanannya dengan merokok. Padahal kejantanan seorang laki-laki itu tidak di lihat dari merokok, tetapi bagaimana dia bisa menjadi laki-laki yang bertanggung jawab, pekerja keras, dan tentunya sayang dengan orang-orang sekitarnya.

Salah satu zat yang ada pada rokok adalah nikotin, zat inilah yang biasanya membuat candu para perokok. Nikotin ini berkaitan dengan dopamin suatu hormon yang ada pada otak yang menimbulkan perasaan bahagia. Nikotin bekerja dengan mengalihkan emosi dan perasaan yang negatif, menggantikannya dengan perasaan yang bahagia. Nikotin yang di hisap oleh perokok lebih cepat mencapai otak jika dibandingkan dengan obat-obat lainnya.

Mereka perokok sebenarnya tau bahaya dari merokok, tapi karena sudah menjadi pecandu mereka tidak peduli lagi dengan kesehatannya terutama terhadap orang-orang di sekitarnya. Jika diingitkan kadang tak bisa terima dan mengatakan “saya baik-baik aja menjadi perokok, buktinya sampai sekarang saya tidak pernah sakit”. Iya memang benar sekarang masih kelihatan sehat-sehat saja karena dampak dari rokok itu tejadi perlahan.

“Jangan terlalu benci kepada perokok” kalimat itu juga kadang sering diucapkan oleh mereka yang perokok jika ada yang mengingatkannya. Justru karena rasa sayanglah orang-orang disekitar anda mengingatkan agar tidak merokok, mereka peduli akan kesehatan kalian, masa depan, orang-orang di sekitar kalian. Jika, bukan karena sayang ya biarkan saja kalian merokok sesuka hati.

Jika mereka sayang kepada kalian dengan menasihati yang baik. Maka jangan sekali-kali kalian menyakiti mereka dengan asap rokokmu.

Oleh : Putri Hastuti (Mahasiswa Akhir Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Leave a Comment