Modernis.co, Jakarta – Ada sebuah istilah life long education atau belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat dimaknai sebagai proses yang selalu dilakukan oleh setiap individu dan upaya ini timbul dari dalam diri individu supaya terlepas dari rasa ketidaktahuan terhadap suatu ilmu.
Sedangkan pendidikan merupakan sebuah proses sebuah pembelajaran dilakukan baik melalui suatu lembaga formal, nonformal ataupun informal yang dilakukan oleh individu maupun kelompok masyarakat. Juga sebagai upaya yang dilakukan oleh manusia supaya keluar dari ketidaktahuan tersebut berawal dari adanya kesadaran, bahwa suatu ketidaktahuan bisa datang kapan saja dan di mana sajadan kepada siapa saja.
Ketidaktahuan akan suatu permasalahan bisa datang kapan saja, bahkan saat kita sedang berada di tempat baru bisa saja tersesat. Hal tersebut terjadi karena ketidaktahuan kita terhadap sesuatu. Oleh sebab itu, belajar juga harus dilakukan kapan saja dan di mana saja, tidak mengenal batasan ruang dan waktu. Belajar juga bias dikatakan sebuah proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Adapun perubahan yang terjadi pada individu setelah adanya proses belajar biasanya bersifat permanen.
Adapun untuk merubah sesuatu yang mendukung proses belajar supaya menghasilkan pengetahuan dan pengalaman, maka diperlukan lingkungan yang mendukung juga. Termasuk alat, metode atau cara guna mendukung proses dari ketidak-tahuan menuju pada pengetahuan. Dan pengetahuan yang diperoleh oleh setiap individu digunakannya untuk melangsungkan hidup dan kehidupannya, baik secara individu, keluarga, masyarakat, ataupun berbangsa dan bernegara.
Termasuk juga pengalaman yang dialami oleh individu akan membantunya untuk masuk ke dalam memori jangka panjang. Oleh karenanya pengalaman yang diperoleh haruslah bersifat menarik dan mudah diingat. Selain itu, pengalaman tersebut juga akan memberikan bekal keterampilan dan kecakapan kepada anak untuk masa depannya, sebagaimana unkapan “eksperient is the best teacher” (pengalaman adalah guru yang terbaik).
Berbicara tentang pendidikan, tak luput dari pengaruh perubahan yang terjadi hari ini. Dan perubahan itu tidak lain disebabkan oleh factor berkembannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). IPTEK memberikan dampak yang sangat besar dalam proses belajar manusia. Sebenarnya perubahan lingkungan tersebut memberikan fasilitas dan kesempatan kepada setiap manusia untuk lebih banyak belajar.
Dahulu kita tahu proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, terbatas dengan ruang, sekat tembok dan waktu. Namun kini, proses belajar tidak lagi hanya sebatas pertemuan tatap muka dari seorang guru kepada siswa, dari buku-buku cetak yang tersedia. Namun sudah jauh daripada itu, yakni dengan memanfaatkan sumber belajar berteknologi, seperti web, youtube, e-book, bahkan video conference.
Akibat dari pesatnya perkembangan dunia teknologi tersebut, disadari atau tidak, guru beserta para siswa dituntut harus mengikuti perubahan pula. Para pihak penyelenggara pendidikan juga turut mengikuti dan yang terjadi adalah proses pembelajaran menjadi berbeda dari sebelumnya. Memang seperti itulah idealnya supaya dunia pendidikan kita tidak tertinggal oleh Negara-negara yang telah maju terlebih dahulu.
Kemerdekaan dalam belajar tidak harus belajar secara teacher center, namun lebih menekankan kepada student center.
Adapun yang menjadi tantangan untuk mewujudkan konsep merdeka tersebut adalah, bangsa dan Negara harus siap sedia menyediakan guru-guru kompeten yang dapat memberikan kemerdekaan dealam belajar. Adapun Mas Mendikbudristek meberikan solusi sederhana dalam hal ini, yaitu: “Mulailah dari melakukan perubahan kecil” yang dilakukan oleh “guru penggerak”.
Jika dilihat lebih jauh, maka kalimat ini mengisyaratkan bahwa, mengubah paradigma belajar dan membelajarkan sebagai guru penggerak harus dengan pendekatan yang sangat efektif dan efisien yaitu menguasai berbagai model-model dan metode pembelajaran yang sedang marak saat ini. Untuk mewujudkan program merdekan belajar tersebut maka salah satu yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan kinerja guru. Dalam perspektif teknologi pendidikan, bisa dilakukan dengan melek teknologi digital.
Oleh karena itu, kini guru/pendidik, diajak untuk berlomba-lomba untuk melakukan perubahan-perubahan dalam proses pembelajaran, dari yang biasa menjadi luar biasa, memahamkan siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan yang terpenting bias mewujudkan perubahan yang nyata bagi generasi kita. Wallahu a’lam bishowab.
Oleh: Amir Rifa’i, Pemerhati Pendidikan