Modernis.co, Malang – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) tentunya sudah tidak asing ditelinga mahasiswa yang berkuliah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah maupun Perguruan Tinggi Negeri. Sayangnya masih selalu bergema dalam dunia mahasiswa rasa masa bodoh, tidak ingin menjadi pelaku sejarah, gundah yang tidak berkesudahan serta rasa insecure yang berkepanjangan.
Mau ikut organisasi apa serta harus menjadi mahasiswa yang bagaimana, ataupun hanya menjadi seorang mahasiswa yang biasa saja? Seorang Ahli Politik Max Weber mendefenisikan organisasi sebagai suatu kerangka terstruktur yang di dalamnya berisikan wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja untuk menjalankan masing-masing fungsi tertentu.
Ikatan Mahasiswa Muhamma bukanlah sebuah organisasi yang lahir tanpa sebab bahkan kelahiran ikatan ini juga bukanlah sebagai peristiwa yang kebetulan dalam proses sejarah (an historical accident), melainkan suatu sejarah yang berproses.
Tumbuh serta bertumpu dari perwujudan sikap kesadaran akan makna dan tangggung jawab perjuangan dalam misi “Mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia dalam rangka mencapai Tujuan Muhammadiyah”.
Tidak sedikit juga mahasiswa yang awalnya ikut sebuah organisasi ini karena faktor lingkungan, ajakan kakak tingkat dalam dunia perkuliahan misalnya. Selain dari latar belakang mengetahui apa dan tujuan didirikannya organisasi tersebut, permasalahan yang selalu tidak dapat diselesaikan dalam dunia mahasiswa.
Serta dalam sebuah organisasi hanya karena ingin seperti mahasiswa lain, teman ikut organisasi ya sudah, berarti saya juga harus ikut organisasi toh tidak tau bagaimana kedepannya saya berproses dalam organisasi tersebut yang penting saya ikut-ikutan.
Namun, perlu jua dilihat dalam keadaan zaman yang sudah bosan dengan tingkah laku pengisi alam, syukur-syukur tetap ada sebagian orang yang bergabung dalam organisasi disebabkan memiliki tujuan yang jelas. Seperti apa?
Bila dikatakan bahwa IMM adalah sebuah rumah, di dalamnya pasti akan terdapat sekumpulan manusia yang tidak bisa ditebak niat serta tujuannya gabung dalam rumah ikatan tersebut. Hanya bisa diingat bahwa ber-IMM adalah suatu bentuk beramal dalam dakwah juang gerakan mahasiswa. Dengan lantangnya IMM sebagai tempat beramal ini termaktub dalam logo IMM berbentuk perisai pena lapis tiga yang memiliki arti Iman, Islam, Ikhsan serta ilmu dan amal.
Sebagai rumah, tentunya kita akan melihat berbagai macam ragam produk pengisi ikatan tersebut yang memiliki variasi berupa pemikiran-pemikiran yang berbeda, tidak hanya ragam fikir namun sifat dan sikap yang tidak sama antara pribadi satu dengan pribadi lain merupakan suatu hal yang lumrah ditemukan dalam ikatan ini.
Dari kebiasaan yang ditemukan pastinya ada dasar gerakan yang berusaha untuk memberhentikan ragam-ragam sifat ke-egoisan masing-masing pribadi yang berbeda, guna tercapainya tujuan adanya sebuah organsasi tersebut.
Dalam dakwah juangnya, IMM sendiri selalu hadir dengan memberikan dasar bahwa rumah tersebut adalah rumah yang nyaman, rumah yang mengingatkan akan kebaikan sebagaimana dalam Al-quran “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. (Ali-Imran :104)
Berorganisasi atau tidak, ber-IMM atau tidak adalah sebuah pilihan, perlu diingat bahwa dalam rumah tentunya memiliki pondasi, tembok, atap serta pengisi dari berbagai macam rupa bentuk komponen yang saling melengkapi, menguatkan antara satu sama lain.
Tentunya untuk membangun rumah yang nyaman IMM memiliki TRIKODA yang terdiri dari Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas, sebagai satu-kesatuan yang tidak pas jika kita menafsirkan Trikompetensi dasar secara parsial, satu per satu. Contohnya penafsiran parsial dengan memberi sebutan kader religius, kader humanis, atau kader intelek.
Sebab, sudah menjadi kepribadian bagi kader IMM untuk memiliki dan menjalankan TRIKODA secara kaffah (utuh). TRIKODA sebagai dasar perjuangan pengisi rumah (Kader IMM), selain TRIKODA adanya TRILOGI IMM sebagai arah gerak ikatan.
Serta enam penegasaan IMM tidak hanya sebagai pelengkap rumah yang digadang sebagai Ikatan yang ramah namun menjadikan rujukan bahwa IMM menghadirkan dasar yang jelas dalam perjuangan ber Fastabiqul khairat.
Jika ber IMM sayangilah rumah tersebut, jangan menjadi penghuni yang pulang ke rumah saat ada perlunya saja, rawatlah ikatan tersebut bersama penghuni lain dengan ruh kekompakan dan kebersamaan hingga mucul kenyamanan, sampai-sampai tidak hanya penghuni saja yang bisa masuk dalam memahami IMM.
Namun dengan kekompakan perjuangan yang disertai landasan yang tepat, IMM akan terlihat ramah dan nyaman untuk semua kalangan. Berpeganglah pada TRIKODA, TRILOGI Serta Penegasan IMM Dalam Berdakwah di manapun berada.
Sejatinya sebuah ungkapan “Menolak tunduk dan bangkit melawan karena diam adalah sebuah bentuk penghianatan”. Ingatlah menjadi baik itu mudah dengan hanya diam maka yang tampak adalah kebaikan. Namun, menjadi bermanfaat itu sangatlah sulit, karena itu butuh perjuangan.
Oleh: Muhammad Hafid Ridho (Ketua Umum HMPS HKI 2022-2023, Alumni Sekolah Radikal IMM FISIPOL)