Modernis.co, Jakarta – Dewasa ini, kita melihat bahwa dunia nampak semakin tua, manusia bertambah pintar, semakin cerdas, pengetahuan berkembang pesat dan teknologi pun semakin canggih. Tetapi, dibalik itu semua, timbul pertanyaan di benak, apakah kehidupan kita menjadi semakin baik, semakin nyaman, dan semakin sejahtera baik secara lahiriah maupun bathiniah?
Bisa jadi iya, atau bahkan sebaliknya. Kehidupan kita nampaknya semakin runyam, mundur, buruk dan terpuruk. Buah reformasi yang kita agungkan gebablasan, belum kasus korupsi semakin terang-terangan di depan mata bahkan, juga krisis multi dimensi yang hingga kini kunjung selesai. “Duh Gusti” Bangsa ini nampaknya sudah cukup lelah melihat dan mengalami keadaan yang demikian.
Permasalahan di atas bisa mengakibatkan generasi yang berkualitas rendah, terpuruknya ekonomi, merosotnya kualias hidup, rendahnya moral martabat bangsa, (juga bisa mengakibatkan serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin : Iklan Rokok). Lalu apa yang menjadi penyebab dari berbagai permasalahan diatas? Perlu sekiranya kita tarik benang merah dari setiap permasalahan yang kita hadapi.
Kalau kita telaah mungkin akan muncul sederetan faktor penyebab. Ada yang mengatakan karena pendidikan yang kualitasnya rendah, para pejabatnya negeri tidak jujur, korup, pemimpinya lemah, pemangku jabatan kurang berkualitas, penegak hukumnya tidak adil, rakyatnya tidak produktif, karyawan bawahannya tidak loyal, tidak bisa kerjasama, tidak empati dan kurang sadar diri.
Belum lagi pelajar dan mahasiswanya yang hobi tawuran, dan masih banyak lagi yang lainya. Jadi, jikalau kita amati masalah sebenarnya adalah etos dari pendidikan yang kurang “greget” sehingga outputnya menjadi demikian. Nilai moral yang hilang dalam pendidikan kita karena materi agama dan pendidikan budi pekerti yang kurang.
Penulis beropini bahwa, salah satu penyebab krisis multi dimensi, termasuk krisis moral yang menimpa bangsa kita adalah karena telah terabaikannya -pendidikan moral-, dalam hal ini adalah pendidikan agama, budi pekerti, akhlaq, nilai moral, bagi bagi putra-puti penerus bangsa. Betapa tidak, hari ini porsi pendidikan kita tidak adil, yang seharusnya pengetahuan umum dan agama hendaklah seimbang.
Pakailah contoh, kalaulah di SD, SMP atau SMA terdapat 36 jam pelajaran perminggu, setidaknya terdapat 18 jam untuk ilmu pengetahuan umum dan 18 jam untuk agama, semua agama. Paling tidak 20 jam pelajaran untuk pengetahuan umum dan 16 jam untuk agama / pendidikan nilai moral. Sehingga porsi yang didapatkan oleh para peserta didik.
Bahkan dalam agama Islam-pun kita diajarkan untuk seimbang, “carilah untuk kehidupan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan carilah akheratmu seolah-olah kamu akan mati besok” Al-Hadits. Hal itu mengandung makna bahwa antara kehidupan dunia dan akherat haruslah sama adil dan seimbang.
Akan tetapi, yang terjadi hari ini, bahkan dari dulu komposisi materi dalam pelajaran kita adalah 34 jam pelajaran untuk pengetahuan umum dan 2 (dua) jam atau paling banyak 4 jam untuk pendidikan agama, dan itu terjadi mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Kritikanya adalah, hanya dengan 2/ 4 jam pelajaran perminggu anak-anak kita tidak mendapatkan nilai moral yang seharusnya.
Mulai dari moral yang bagus, akhlak mulia, pondasi agama yang kokoh dan karakter yang berbudi. Bisa jadi mendapatkan nilai-nilai diatas, akan tetapi –jauh panggang daripada api- masih jauh dengan harapan yang dicita-citakan. Atau istilahnya hanya mendapatkan kulitnya saja, dan tidak tau isi kualitasnya.
Pendidikan moral harus diperbanyak, nilai budi pekerti yang baik harus lebih ditekankan dan menjadi kurikulum yang paten demi kemajuan moral kehidupan berbangsa hari esok. Karena tanpa pendidikan nilai moral yang meliputi agama, budi pekerti dan akhlaq, kemungkinan besar menjadikan bangsa kita hancur. Oleh karena itu porsi pendidikan budi pekerti yang lebih banyak dari sebelumnya harus menjadi agenda bagi pemangku jabatan dalam dunia pendidikan.
Sebagai masyarakat yang baik, kita ikut serta bertanggung-jawab untuk mengajarkan nilai-nilai moral ini pada anak-anak kita. Dan tanggung-jawab itu dipikul oleh kita semua, Karena kitalah yang seharusnya mengajarkan nilai moral. Nilai-nilai moral yang kita tanamkan hari ini mempunyai pengaruh yang sangat besar pada kebaikan bangsa kita di masa depan.
Oleh: Amir Rifa’i (Pemerhati Pendidikan)