Jokowi Disoal Isu PKI, Prabowo Disoal Isu Khilafah

nurbani yusuf

Modernis.co, Malang – Inilah Pemilu paling irasional. Bahkan ada yang memohon-mohon agar si ahli debat Rocky Gerung menjadi mualaf karena kepincut dengan kata-kata sofiis nya.

Tidak sedikit yang beranggapan bahwa Pilpres 2019 bukan hanya soal Jokowi dan Prabowo tapi berhadapan head to head ideologi Pancasila dan Ideologi khilafah. Berbagai spekulasi politik terus mengemuka seiring dengan riuh nya kampanye berebut simpati. Sebuah investasi politik yang buruk menurut saya.

Jokowi dan Prabowo mungkin hanya martir atau semacam petugas partai yang bakal dikurbankan. Atau dalam permainan politik Drama Turkey keduanya adalah politik panggung depan bahwa dibelakang keduanya ada kekuatan besar yang mengendalikan.

Dibelakang Jokowi ada ideologi besar yang sangat kuat dan diduga akan menyasar umat Islam berikut tanah air dan sumber daya alamnya. Disebutlah bahwa Jokowi adalah PKI, antek asing atau apapun yang menurut lawan dianggap tidak pas. 

Konon pula PKI telah lahir kembali dengan wajah baru. Besarang dan beranak pinak di salah salah satu partai yang kebetulan menjadi salah satu pilar utama kekuatan rezim yang sedang berkuasa.

Pada sisi lain ada yang bilang bahwa di belakang Prabowo ada agenda besar mengganti Pancasila dengan khilafah. Khilafah di gagas oleh HT, Sebuah ideologi yang terusir di negeri tempat dilahirkan dan dibuang di negara-negara Islam teluk dan Jazirah. Meski tak laku di negeri Jazirah, HT justru tumbuh subur di Indonesia pasca reformasi.

Tidak hanya HT. Ideologi Islam transnasional juga berebut pengaruh saling menginviltrasi. Sebut saja ideologi-ideologi tarbiyah semacam Ikhwan al-muslimin bahkan sudah mendirikan partai dan ikut beberapa kali pemilu. Yang lain tak kalah garang: Taliban, Mujahidin bahkan ISIS. Mereka banyak mendapat pengikut. Bahkan sekarang kita di sibukkan dengan kekalahan khilafah ISIS di Syuriah juga akan berdampak terhadap kepulangan anggota ISIS kembali ke tanah air.

Meski membawa bendera dan ideologi Islam, mereka tak pernah akur, bahkan di negara manapun, mereka malah sengit bertempur. Taliban dan Mujahidin berseteru di Afghan hingga hari ini. ISIS di Syuriah juga bertempur melawan saudara sendiri. Kekhawatiran inilah yang kemudian dirasakan sebagian orang yang tak suka dengan Prabowo, meski saya bilang ketakutan lebih karena paranoid dan mengada-ada.

Hendropriyono mengatakan, yang bertarung pada Pilpres kali ini adalah ideologi Pancasila berhadapan dengan ideologi khilafah. Pemilu kali ini yang berhadap-hadapan bukan saja hanya subjeknya. Orang yang berhadapan bukan hanya kubu, kubu dari Pak Jokowi dan kubu dari Pak Prabowo, Tapi ideologi, saya pikir ini kesimpulan yang perlu kajian komprehensif dan tidak harus dikunyah mentah.

Prabowo adalah seorang patriot. Imposible mengganti Pancasila dengan khilafah atau ideologi lain. Taruhlah ada kekuatan untuk mengganti, Prabowo pasti akan menolak dengan sangat keras, sebab itu melawan spirit nasionalismenya. Apapun soalnya Pilpres 2019 adalah pemilu kita. Semua harus bekerja keras membuatnya aman dan terpilih pemimpin yang dikehendaki rakyat banyak. Hanya ada dua pasang capres. Ada yang kalah-ada yang menang. Semoga kedua kubu mengedepankan sikap rasional. Wallahu taala a’lm

Oleh : Nurbani Yusuf (Pegiat Komunitas Padhang Mahsyar Malang/Kiayi Muhammadiyah Malang)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan fikiran-fikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment