Kepahlawanan Petani di Tengah Pandemi

Kepahlawanan Petani

Modernis.co, Kaltim – Sejak 2 WNI yang diumumkan oleh Presiden Jokowi terinfeksi virus COVID-19 atau virus corona pada awal maret. Kini jumlah kasus positif corona telah mencapai 3293, dengan 252 sembuh dan 280 meninggal.

Berbagai daerah telah menerapkan kebijakan Physical Distancing. Meminta masyarakatnya tetap berada di rumah. Bahkan wilayah Jabodetabek per hari ini mulai menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Ditengah ancaman pandemi virus corona. Pangan merupakan sektor yang harus tetap diperhatikan ketersediaannya. Kelangkaan pangan membuat masyarakat tak hanya khawatir terpapar corona, namun juga terancam kelaparan.

Situasi berpotensi memburuk dengan adanya kerusuhan hingga penjarahan. Hal tersebut menjadi perhatian negara pengekspor beras. Thailand dan Vietnam tak lagi mengekspor berasnya ke negara lain. Padahal keduanya merupakan negara pengekspor beras terbesar di asia tenggara. Indonesia termasuk yang mengimpor beras dari negara tersebut.

Melihat kondisi global yang lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan negaranya masing-masing. Indonesia mau tidak mau harus sepenuhnya mengandalkan potensi pangan dalam negeri. Lantas seberapa besar kekuatan pangan kita?

Bulog menyebutkan bahwa cadangan beras dapat bertahan hingga 4 bulan kedepan atau sekitar bulan Agustus. Pertengahan April ini diperkirakan akan terjadi panen raya. Setidaknya dapat menambah ketahanan cadangan beras hingga mendekati akhir tahun.

Namun, meski cadangan beras dapat bertahan hingga beberapa bulan kedepan. Tak ada yang dapat menjamin pandemi ini dapat berakhir dalam kurun waktu tersebut. Tak ada yang menjamin situasi ekonomi langsung pulih seketika setelah corona dapat dihentikan.

Tak ada yang menjamin paska berakhirnya pandemi virus corona, Thailand dan Vietnam langsung bersedia mengekspor berasnya. Artinya, satu-satunya harapan adalah kekuatan petani dalam negeri.

Bertani ditengah pandemi, memberikan tantangan lebih bagi petani. Anjuran work from home (WFH) membuat berbagai pekerjaan non formal ambruk. Beberapa perusahaan di perkotaan telah merumahkan pekerjanya. Buruknya, para pekerja lantas memilih kembali ke desa.

Akibat terancam tak mampu bertahan memenuhi kebutuhan hidupnya di perantauan. Kondisi tersebut mengancam para petani produktif di desa. Rerata usia petani 40 tahunan (dampak pemuda tak melirik sektor tersebut). Artinya, mayoritas petani kita rentan tertular virus corona.

Melihat kondisi tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperlukan. Demi memenuhi pasokan pangan selama tekanan pandemi. Pertama, manajemen pangan harus dilakukan secara efektif, efisien dan berkeadilan. Efektif dalam upaya penyalurannya, efisien dalam pemanfaatannya dan adil dalam pemenuhan kebutuhan setiap warganya. Tak boleh ada penimbunan ataupun tersia-sia akibat metode penyaluran yang tak tepat.

Kedua, mengoptimalkan 1 musim tanam berikutnya untuk cadangan diatas bulan Agustus. Paska panen raya pertengahan april nanti, pemerintah harus memperhatikan musim tanam berikutnya. Menjamin ketersediaan bibit berkualitas, pupuk maupun sarana produksi lainnya 

Ketiga, membuka lahan sawah baru dan memanfaatkan lahan tidur (kurang termanfaatkan). Hal tersebut perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi. Agar kebutuhan pangan dalam negeri benar-benar dapat dipenuhi.

Keempat, manfaatkan penganggur maupun pekerja ter-PHK untuk menjadi petani muda produktif selama berlangsungnya penyebaran virus corona. Selain menambah tenaga kerja selama pandemi. Ini dapat menjadi jalan pengenalan pertanian bagi generasi muda. Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat menjadi jalan untuk meregenerasi petani paska COVID-19.

Kelima, bentengi petani dari serangan pandemi. Rata-rata petani berada dalam usia yang rentan tertular. Disaat seperti ini, selain dokter dan tenaga kesehatan. Petani juga merupakan pahlawan ditengah wabah. Yang akan menjamin ketersediaan pangan bagi orang-orang WFH. Petani wajib mendapat perhatian dan perlindungan khusus. Agar kita dapat melalui pandemi virus corona ini sebagai pemenang.

Oleh :Hamdi Rosyidi, M.P (Pemerhati Bidang Pangan sekaligus Pimpinan DPD IMM Kaltim)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment