Modernis.co, Malang – Negara Indonesia adalah sebuah negara yang banyak sekali memiliki dinamika sosial yang terjadi di dalamnya. Mulai dari kesenjangan ekonomi, bencana, kerusuhan dan berbagai macam dinamika lainya yang terjadi di bumi pertiwi.
Dalam pengertiannya arti kata sosial yaitu segala hal yang berkaitan dengan masyarakat. Masyarakat dalam konteks ini adalah semua lapisan masyarakat yang ada di Indonesia. Terutama masyarakat kaum bawah (Jelata) dan masyarakat kaum atas (elit).
Kata sosial awal mula lahir dari bahasa latin yaitu socius yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama. Di dalam aspek kehidupan, manusia tidak akan luput dari kehidupan bersosial.
Baik dalam menjalin hubungan dengan teman, keluarga, bahkan kerabat sekalipun. Tak aneh memang jika akhir-akhir ini banyak sekali gerakan-gerakan yang muncul dari kalangan mahasiswa dengan mengatasnamakan kemanusiaan.
baca juga: Mahasiswa Harus Tahu, 5 Tahapan Menjadi Kader dan Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
Tentunya hal ini sebagai bukti bahwa nilai gotong royong, kebersamaan, empati sosial dan kedermawanan masih terjaga antara anak-anak bangsa. Berkaca dalam beberapa waktu belakangan ketika negara Indonesia tertimpa sebuah bencana erupsi gunung Semeru.
Menumbuhkan Kepedulian Diri Mahasiswa
Banyak sekali elemen mahasiswa yang terlibat dalam aksi kemanusiaan dalam menolong sesama baik berupa materil sampai berupa tenaga. Menjadikan mereka relawan-relawan dalam lokasi bencana, bantuan-bantuan.
Seperti ini tentu sangatlah perlu bagi orang-orang yang tertimpa musibah kala itu, dengan sedikit mengulurkan tangan kita.Tentunya hal ini setidaknya mengukir senyum di wajah mereka yang menyimpan kesedihan.
Lalu bagaimana menumbuhkan jiwa kepedulian di dalam diri mahasiswa ? Pertama dan yang paling utama ialah dengan sadar diri, bahwa sejatinya seorang mahasiswa lahir dari kalangan masyarakat itu sendiri.
Tak perlu jauh-jauh memandang ke atas. Lihatlah diri sendiri, kemudian mulailah intropeksi sejauh mana kita memberikan sumbangsih terhadap lingkungan sekitar. Sudahkah saling peduli satu dengan yang lainnya?
Kemudian tahap selanjutnya ialah dengan menentukan minat kita untuk memberikan sumbangsih seperti apa yang akan kita berikan kepada masyarakat. Bagi mahasiswa yang memiliki minat mengajar, bisa menyalurkan ilmunya pada yayasan-yayasan.
Bagi mahasiswa yang memiliki minat dalam keagaaman bisa pula terjun pada Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di lingkungan sekitar.
baca juga: 5 Fakta Unik Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Sedangkan, bagi mahasiswa yang memiliki kelebihan berpikir dalam intelektualitas bisa pulak menyumbangkanya dalam bentuk solusi dan kebijakan, dan bagi Mahasiswa yang memiliki kelebihan dalam bentuk material/harta bisa di salurkan melalu lembaga-lembaga kemanusiaan.
Intinya, tidak ada terkecuali untuk saling membantu dalam kemanusiaan dan kepedulian dalam segala bentuk aspek keilmuan yang sama-sama kita miliki. Semoga dari kedua tahap bisa menjadi langkah awal kita untuk sama-sama Ber-fastabiqul Khairat dalam bidang kemanusiaan di ranah kehidupan kita.
Ranah Gerak Masyarakat
Pada akhir tulisan ini, penulis ingin menuliskan mengenai dua bilik kemanusiaan yang kita sebagai mahasiswa bisa berperan di dalamnya. Pertama, kemiskinan pengetahuan (kebodohan), dalam poin ini konteks kebodohan dirasa sangatlah perlu digerakan dalam aksi nyata nalar kemanusiaan mahasiswa hari ini.
Kebodohan yang merajalela di tengah masyarakat tentunya akan menimbulkan kegelisahan sehingga pada masa sekarang banyak sekali elemen-elemen masyarakat dengan mudah saling menyalahkan dan saling mengklaim kebenaran.
Kedua : kemiskinan jiwa sosial. Yang mana kemiskinan ini akan melahirkan kekerasan-kekerasan fisik maupun non-fisik sehingga hal ini tentunya akan menimbulkan masalah baru.
baca juga: 5 Tokoh Nasional Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Oleh karena itu penulis rasa, gerakan sosial mahasiswa sekarang perlu membuat semacam laboratorium sosial guna mengkaji persoalan-persoalan yang terjadi pada masyarakat secara masif dan tersruktur sehingga sebuah persoalan sosial dapat dituntaskan dengan cepat dan tepat.
Akhir kata, sejatinya seorang mahasiswa adalah organ yang lahir di tengah masyarakat dan tanpa hadirnya relasi dengan masyarakat, mahasiswa hanya ibarat tembok pembatas kesenjangan sosial yang menjulang sampai kelangit. Ia tegak, kokoh, dan angkuh. Tetap peduli terhadap sesama, dan jangan lupa memanusiakan manusia.
Oleh: Muhammad Hafid Ridho (Mahasiswa HKI UMM)