Salam Juang Muhammadiyah untuk Mahasiswa Baru

aktivis imm

Modernis.co, Malang – Muhammadiyah adalah ormas Islam penggagas gerakan progresif dan modernis. Dengan tujuan mengembalikan ajaran Islam yang sebenar-benarnya bersumber dari kitabullah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mengenang sejarah perjuangan Muhammadiyah bukanlah hal yang mudah. Tanpa adanya pengetahuan yang mendalam tentang latar belakang berdiri dan proses perkembangan Muhammadiyah.

Muhammadiyah Sebagai salah satu ormas Islam terbesar yang mengabdikan diri demi umat. Menjadi salah satu garda terdepan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sangat perlu bagi generasi muda menelaah lebih jauh  ideologi dan gerakan Muhammadiyah. Dijadikan panutan dalam mengaplikasikan pengabdiannya kepada umat, bangsa dan persyarikatan.

Ideologi pengabdian ini terbuka lebar dan diperuntukkan kepada semua generasi muda bangsa. Terutama bagi kader Muhammadiyah yang secara formal menjadi anggota dalam lembaga organisasi yang dinaunginya. Harapannya, kader mampu menjalankan estafet kepemimpinan  dengan meningkatkan progresifitas dan rasa kepedulian. Sebagaimana yang sudah di  wasiatkan oleh KH. Ahmad Dahlan:

“Teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru,kembalilah kepada Muhammadiyah, Jadilah dokter, master, insinyur dan lain sebagainya, tetapi kembalilah kepada Muhammadiyah.”

Terkait internalisasi nilai-nilai Muhammadiyah harus terlebih dahulu mempersiapkan sumberdaya yang memadai. Memiliki komitmen tinggi  serta kepedulian yang intensif terhadap pembangunan pembaharuan persyarikatan. Hendaknya kader harus “to be Muhammadiyan don’t to have Muhammadiyah,” (Reimagining Muhammadiyah, oleh: Ahmad Fuad).

Dalam pencapai tujuan tersebut, salah satu Ortom Muhammadiyah, selaku kader muda dan penerus perjuangan persyarikatan, yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Ber-TRILOGI-kan: keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan, selalu mengupayakan penginternalisasian ideologi, membentuk watak dan karakter kader-kadernya agar memiliki kesadaran al syaksiyah faal fadli dan hablum minallah wa hablum minannas (lih: SPI) serta  mencetak mahasiswa agar berjiwa religius, berintelektual, dan humanis.

Kenapa Harus IMM?

Meminjam istilah Erick From dalam Reimagining Muhammadiyah karya Ahmad Fuad Fanani : dan saya analogikan dengan struktur IMM, sebagai kader Muhammadiyah, IMM hendak mengajarkan dan mengajak semua mahasiswa terutama mahasiswa baru (maba) to be (menjadi) Muhammadiyah. Agar kemudian maba bisa memposisikan diri sebagai organ yang mencintai organisasi, bersifat kritis dan objektif terhadap organisasinya.

Dengan berproses menjadi Muhammadiyah melalui organisasinya (IMM). Akan mendorong Maba untuk terus belajar, tidak marasa puas diri dan berupaya memberikan kontribusi nyata kepada organisasinya walau sekecil apapun itu. Dan ini menandakan bahwa keluar dari perjuangan sama halnya dengan mengambil jarak dalam memahami ideologi Muhammadiyah.

Beda halnya jika to have (memiliki) Muhammadiyah. Kader formal terutama non-formal akan merasa menguasai dan memonopoli sehingga menimbulkan sikap borjuis yang kurang terbuka terhadap  kritik, pendapat bahkan kehadiran kader lain. Selainnya, di khawatirkan adalah salah arah dalam membawa tongkat estafet Muhammadiyah.

Walaupun dalam realitasnya tidak semua Mahasiwa ikut andil dalam dunia organisasi, tapi setidaknya dalam menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) mahasiswa bisa meneguk sedikit air dan menyelam lebih dalam lagi dari luasnya  samudra sejarah perjuangan Muhammadiyah.

Sangat merugi mahasiswa jika lebih memilih netral dibandingkan terjun ked alam dunia organisasi. Mengingat mahalnya pembayaran dan singkatnya pembelajaran dalam bangku perkuliahan. Sekarang memanfaatkan waktu untuk belajar, mengasah dan mengembangkan potensi sangat perlu untuk menghadapi kemajuan era milenial.

Maka bagi setiap mahasiswa yang hendak mengenal lebih mendalam terkait Muhammadiyah, memang tidak harus secara langsung berada di IMM akan tetapi mengenal sambil memberi dan menguatkan pondasi Muhammadiyah jauh lebih baik daripada hanya sekedar stimulus belaka. sehingga dalam menentukan idelogi dan menetapkan asas gerakan, maba tidak salah langkah lalu menyesal kemudian.

Satu kerinduan dari relung hati yang dalam kepada adik-adik maba ialah bergabung bersama kami dalam dunia organisasi dan dengan lantang meneriakkan selogan “Anggun dalam Moral Unggul Dalam Intelektual dan bersama-sama menyanyikan lagu Al-Islam Agamaku, Muhammadiyah Perjuanganku, IMM gerakanku, Tamaddun Jati Diriku,”.

Selebihnya maba sendirilah yang menentukan mau apa dan kemana saja selama menempuh dunia perkuliahan. Apakah hanya sekedar ingin menjadi mahasiswa kupu-kupu (Kuliah pulang-kuliah pulang) yang apatis terhadap isu kehidupan sosial?. hidup dengan bentuk keglamoran yang memaksakan diri? atau menjadi Hedonis?.

Dari banyaknya kesempatan mengubah diri agar menjadi Agent Of Change, iron stock and sosial control serta menjadi bagain dari sejarah pemuda yang baru dalam menentukan nasib umat, bangsa dan persyarikatan sebagaimana yang dilakukan oleh pemuda-pemuda terdahulu yang memperjuangkan segala psikis-fisik dan materialnya demi kebebasan dan kemerdekaan negara serta demi kesejahteraan kehidupan segenap penjuru masyarakat Indonesia.

Satu lagi nasehat untukmu, tokoh-tokoh besar tidak semata-mata lahir dari dunia perkuliahan, tetapi kebanyakan dari mereka lahir dan terbentuk dari dunia organisai-organisasi mahasiswa dan masyarakat. Di tangan pemuda bangsa ini merdeka dan ditangan pemuda dunia akan berubah, tanpa sumbangsih dari pemuda tidak akan ada yang namanya masa depan. Langkahmu sekarang adalah penentu perubahan mendatang dan kontribusimu adalah bentuk perubahan itu sendiri. Salam Fastabiqul al-Khairat.

Oleh: Syarifudin ( Kader IMM Tamaddun FAI UMM )

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan fikiran-fikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment