55 tahun IMM dan Tanggung Jawab Kebangsaan

55 tahun imm

Modernis.co, Malang – Ucapan selamat ulang tahun yang ke-55 untuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menandakan Ikatan akan membuka lembaran baru untuk mengkristalisasikan pergerakan dalam rangka  mengarungi wacana berpikir yang sangat kompleks dan juga seiring dengan bertambahnya kedewasaan yang ditandai dengan kelahiran kedua bertepatan pada tanggal 14 maret 2019.

Pertanyaan fundamentalnya adalah sumbangsih apa yang telah di berikan oleh IMM terhadap Ikatan khususnya dan terhadap ummat dan bangsa secara umum. Dengan di peringatinya Milad IMM yang ke-55 ini disamping pergolakan politik praktis yang menjadi polemik dasar keabsurdan dalam pergerakan.

Dunia perpolitikan sudah tidak asing lagi di telinga kita, sebuah ilusi yang penuh dengan teka- teki dan sangat sulit untuk ditebak kebenaranya. Ibn arabi pernah berkata bahwa “tidak ada sesuatupun yang  terlepakan dari filsafat” dengan hipotesis demikian jadi semua linik kehidupan manusia baik di pandang dari sudut agama, politik, ekonomi, sosial dan budaya memiliki konsekuensi logis terhadap kemajemukan Indonesia yang pluralisme.

Politik ketika disandingkan dengan agama (religiusitas) kadangkala orang salah kaprah dalam menafsirkannya dengan alibi bahwa agama tidak patut untuk di kolaborasikan dengan politik, sehingga tidak heran lahirlah paham sekularisme yang memisahkan antara agama dan politik. Sebenarnya ini adalah asumsi yang salah,  karena agama tanpa politik adalah lumpuh dan politik tanpa agama adalah mati.

Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar  yang berlandaskan al-Qur’an dan Sunnah sekiranya mampu mendobrak dinding pemisah antara agama dan politik, meskipun pada hakekatnya Muhammadiyah bukan sebagai organisasi politik, melainkan organisasi dakwah dan pendidikan tetapi kendati demikian bukan berarti Muhammadiyah anti politik dan bagaimanapun Muhammadiyah tetap berkepentingan politik untuk melancarkan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar di kalangan umat beragama.

Kode etik pergerakan Muhammadiyah yang akuntabel dan transparan secara komperehensif menjadi nilai lebih bagi gerakan ini. Disamping Menghilangkan praktek-praktek kesyirikan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat, Muhammadiyah juga aktif dalam bidang pendidikan secara universal dari SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dan masih banyak amal usaha lainya.

Sejalan dengan itu lambat lau tapi pasti lahirlah satu gerakan revolusi yang melanjutkan estafet perjuangan Muhammadiyah yang tidak hanya berpartisipasi dalam nuansa politik, tetapi nuansa ekonomi, sosial budaya, pergerakan dan pendidikan lebih-lebih nuansa keagamaan pun tidak di pandang sebelah mata. Gerakan revolusi mental tersebut adalah organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang di diirikan di yogyakarta pada tanggal 14 maret 1064 M bertepatan dengan 29 Syawal 1384 H.

Sejarah membuktikan bahwa berdirinya IMM sangat erat kaitannya dengan dengan dunia perpolitikan, terutama dengan organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kendati demikian menimbulkan kesalahpahaman dari HMI, karena mereka berasumsi bahwa di bentuknya IMM adalah ssebagai strategi untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap HMI.

Memang pada awal pembentukanya IMM banyak sekali mendapat tantangan dan rintangan yang cukup berat, apalagi Muhammadiyah mempunyai kesepakatan dengan Masyumi bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam di Indonesia adalah HMI yang disepakati pada tanggal 25 Desember 1949.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi pro rakyat, sebagai reinkernasi dari rakyat untuk membangunkan para pemegang kekuasaan (yang berlaku sewenang-wenang dari keindahan mimpi buruknya. Check and balances (pengawasan dan keseimbangan) sangat diperlukan dalam setiap langkan pergerakan IMM untuk mengobarkan api perjuangan demi kesejahteraan ummat.

Oleh karena itu untuk memonitoring pergerakan tersebut maka dibuatlah suntikan refleksi mental yang terdiri dari  tiga anasir penting yakni Intelektualitas, Religiusitas dan Humanitas, sering di kenal dengan istilah Trilogi IMM. Religiusitas diletakkan ditengah dengan maksud sebagai penopang gerakan sekaligus mengawasi kerja dari intelektualitas dan humanitas.

Praktek-praktek mavia kekuasaan yang di lakukan oleh lembaga negara yang melanggar kode etik ke Indonesiaan yang berasaskan Pancasila dan UUD NRI 1945, inilah yang menyebabkan Indonesia stagnan dalam berbagai bidang yang mengarah pada krisis multidimensi (krisis moral, ekonomi, budaya dan agama). Karena kekuasaan itu pada hakekatnya berpotensi membuat manusia untuk berlaku tidak adil.

Berapa banyak praktet-praktek kejahatan mematikan yang terjadi di bumi pertiwi ini yang merugikan kaum-kaum berstratifikasi rendah dihadapan publik seperti korupsi, perdagangan perempuan dan anak, perdagangan narkoba, perampasan hak milik atas tanah, kemiskinan, tidak meratanya pembangunan dll. Problematika demikian akan terus berkembang ketika kebijakan tidak selaraskan dengan nilai-nilai pancasila dan UUD NRI 1945.

Melihat penampakan wajah negara yang sangat mencengangkan diambang kehancuran dan berjuta kali kita turun kejalan atas dasar nilai kemanusiaan, bukan atas dasar kepentingan pribadi tetapi atas dasar kepentingan umum. Suara-suara Api perjuangan yang terlontar dari lisan kaum-kaum yang di cederai haknya tidak di tindaklanjuti dan seakan-akan mereka tuli, seakan-akan mereka bisu dan menutup mata akan suara-suara itu.

Melihat kenyataan yang terjadi rekonstruksi berupa konsolidasi, kristalisasi dan kelahiran kedua (kesadaran) terkait gerakan kemanusiaan sangat diperlukan untuk melawan kejumudan dan keabsurtan yang ada di bumi Indonesia. Karena tanpa usaha demikian Jiwa-jiwa kebinatangan yang rakus akan materil akan merusak integritas dan kemajemukan Indonesia.

Sudah seyogyanya sebagai Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang mengemban amanat ummat agar sekiranya menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna amanah untuk memperbaiki kebobrokan nyata yang kian mengahantui negeri ini, baik dari segi ekonomi, politik, agama, sosial dan budaya.  Predikat ummat terbaik sekiranya dapat di iplementasikan di dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama.

Sesuai dengan firman Allah Swt :

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 104)

Satu hal yang perlu kita ingat sebuah amanat bagi para cendekiawan revolusioner bahwa K.H Ahmad Dahlan pernah berkata :

“hidup di dunia ini hanya sekali untuk bertaruh, bahagiakah atau segsarakah kita kelak di akhirat. Mereka yang selamat adalah orang-orang yang ikhlas. Sungguh semua manusia mati (perasaanya) kecuali para ulama dan para cendekiawan, mereka para ulama dan para cendekiawan masih dalam kebingungan kecuali yang beramal dan bekerja, dan orang-orang inipun tidak beruntung kecuali karena ikhlas”

Salam Api Perjuangan!

OLeh : Andy Apriansah (Aktivis IMM Tamaddun dan Peneliti di PeaceLink Malang)

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan fikiran-fikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment