Bekerja, Pertarungan Ijazah dan Image Masyarakat

ansar salihin

Modernis.co, Padang — Perkembangan zaman telah mempengaruhi dan merubah pemikiran manusia untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi, dengan harapan agar mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Setiap orang tua pun berharap anaknya dapat mengemban pendidikan minimal Sarjana dan kalau bisa haru mencapai magister dan doktor. Memperoleh pendidikan tersebut telah menguras besarnya biaya yang dikeluarkan sampai ratusan juta.

Banyak orang masih berfikiran dengan tingginya pendidikan pasti mendapatkan pekerjaan yang layak. Buktinya tidak, karena banyaknya sarjana dan magister setiap tahun yang diluluskan perguruan tinggi, sementara peluang kerjanya kecil sesuai dengan bidang ilmu pengetahuan.

Memperhatikan kondisi ini sepertinya ada pola fikir yang salah, mungkin penulis sendiri salah satunya. Bahwa tujuan utama pendidikan itu adalah memperoleh pengetahuan bukan untuk mendapatkan pekerjaan. Terus yang menjadi pertanyaan adalah untuk apa ilmu pengetahuan tersebut kalaulah tidak diterapkan dalam masyarakat.

Perguruan tinggi seharusnya mencetak manusia menjadi pemikir dan pekerja profesional bukan sebagai manusia pengemis pekerjaan terhadap lembaga pemerintahan. Ilmu yang diterapkan melalui kurikulum seharusnya mampu menjawab kondisi masyarakat jangka waktu sekarang dan puluhan tahun yang akan datang. Agar ilmu pengetahuan dapat diterapkan di tengah-tengah masyarakat yang tanpa mengharap bantuan pemerintah.

Bekerja sesuai dengan bidang keilmuan atau ijazah Sarjana adalah suatu cita-cita yang diinginkan oleh setiap orang. Bahkan mereka mengorbankan banyak waktunya untuk mengabdi di lembaga pemerintahan 10-20 tahun dengan gaji hanya Rp. 300.000-Rp 500.000. Dengan alasan untuk apa kuliah tinggi-tinggi sementara ijazah tidak dimanfaatkan sesuia dengan bidang keilmuan. Ternyata kita lupa berapa besar biaya kuliah dulu dan berapa banyak waktu dihabiskan untuk mengabdi. Syukur-syukur diberikan penghargaan oleh lembaga, setidaknya ada ucapan terima kasih atas pengabdiannya.

Alasan kedua kenapa seorang sarjana harus bekerja di bidang keilmuannya atau di kantorlah agar lebih layak berpakaian rapi dan tampilan menarik. Sementara penghasilannya untuk transportasi saja tidak cukup. ini dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat sekitar. Ocehan masyarakat yang tidak sanggup di dengar. Kuliah tinggi-tinggi tapi bekerja sebagai petani, pedagang, tukang dan lain-lain. Walaupun penghasilan itu lebih besar tetap saja salah di mata masyarakat.

Disinilah jadi evaluasi diri coba renungkan kembali. Bekerja karena ijazah atau bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga. Mengabdilah tapi jangan lupa perbaiki perekonomian dan kebutuhan hidup.

*Oleh : Ansar Salihin (Mahasiswa Pascasarjana ISI Padangpanjang, Kabid Infokom HMI Padangpanjang).

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan fikiran-fikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment