Kenapa Mahasiswa PTM Harus Ber-IMM

mahasiswa berimm

Modernis.co, Malang – Sebagaimana yang kita ketahui bahwasanya Muhammadiyah adalah Ormas Islam terbesar kedua di dunia setelah Nahdatul Ulama (NU). Lahir pada 18 November 1912 dengan kelebihan akan kemampuannya menggabungkan aspek pembaharuan dalam pemikiran dan mengejawantahkannya dalam gerakan.

Atau sering disebut dengan organisasi yang menekankan pada praksis, perpaduan antara teori dan aksi. Tujuan muhammadiyah adalah menyembalikan ajaran islam yang murni sesuai dengan yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Mengoreantasikan akademisi islam yang berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam. Meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.

Dari kemuliaan tujuan tersebut sehingga terbentuknya Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang melahirkan banyak tokoh dakwah dan intelektual. terbentuknya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) guna mengatur perekonomian umat dan organisasi, terbentuknya Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) untuk mendukung kebutuhan umat akan kesehatan dan mempermudah pengobatan.

Ketiga hal tersebut tidak terlepas untuk meluaskan dan melebarkan ranah gerak dan peran-nya dalam mencapai tujuan. Di dukung pula dengan banyak program lainya. Melalui tiga ranah dan usaha lain terseburt, terutama PTM.

Pemikiran dan gerakan Muhammadiyah di transformasikan kepada seluruh mahasiswa, baik dari khalangan/kelompok Muhammadiyah sendiri maupun diluar kelompok muhammadiyah namun tetap dianggap sebagai kader Muhammadiyah.Karena, mau atau tidak, semua yang belajar dan besar di Muhammadiyah akan tetap dikatakan sebagai kader dengan adanya transformasi Ruh Muhammadiyah kedalam diri setiap mahasiswa.

Transformasi ruh Muhammadiyah itu terlihat jelas dari metodenya yang apabila di ejawantahkan satu-satu dan ditinjau dari proses transformasi keilmuan ke internal mahasiswanya secara komprehensif. Dapat dicontohkan di Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) terdapat pembelajaran khusus yang memang sengaja ditempuh oleh setiap mahasiswanya berupa isme religius dan isme kemuhammadiyahan.

Sementara di Fakultas lain di luar FAI terdapat Al-Islam dan Ke Muhammadiyahan (AIK) yang dipelajari setiap jum’at siang, juga Kuliah Ahad Pagi (KAP), serta Kuliah Ahad Subuh (KAS). Tiga hal ini hampir sama dengan pembejaran PAI, yaitu proses transformasi ruh Muhammadiyah. hanya saja waktu pembelajaran untuk menanamkan isme intelek Al-Islam dan transformasi Ruh Muhammadiyah cenderung lebih sedikit dan terdapat pada hari/jam tertentu, juga terbatas.

Dengan menerima dan tertamannya ruh Muhammadiyah melalui internal setiap fakultas dan Mahasiswa yang menempuh program studi di PTM tersebut, sangat tidak etis apabila Mahasiswa PTM bergerak dan mengabdikan diri di luar Perserikatan Muhammadiyah, di luar organisasi otonom (ortom-nya) atau Organisasi Extra Kampus “omek”. Karena di internalnya sendiri sudah terdapat banyal ortom seperti: Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyah, PM, IMM, IPM, HW,Tapak Suci dan lain sebagainya.

Terkait kenapa saya menyatakan hal tersebut tidaklah lain beranjak dari petuah-nya sang tokoh ternama yang dikenal sebagai perintis persyarikatan Muhammadiyah, yaitu KH. Ahmad Dahlan.

Beliau pernah menyatakan: “Muhammadiyah yang sekarang ini, lain dengan Muhammadiyah yang akan datang, maka teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan di mana saja, jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah, jadilah Master, Insinyur dan lain-lainya dan kembalilah kepada Muhammadiyah”. serta: “Hidup-hidupilah Muhammmadiyah dan jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah”. Sebagai pesan pengabdian, kedua rangkaian kalimat dari pencetus persyarikatan Muhammadiyah di atas tentu di tujukan kepada seluruh kader Muhammadiyah. Kader Muhammadiyah adalah seluruh Mahasiswa PTM.

Bahkan lebih luas lagi cakupannya, dimana didalam diri mereka terdapat Ruh Muhammadiyah yang sudah di transformasikan juga yang sudah/sedang mereka pelajari. terlepas dari sikap toleran dan keterbukaan Muhammadiyah dalam menaungi semua isme religius yang tidak hanya berlatar belakang Muhammadiyah saja untuk menjadi Ideologi setiap Mahasiswa di internalnya, namun isme religius pada cakupan umum.

Selain itu, sangat besar kebutuhan Muhammadiyah terhadap kadernya yang berintelektual tinggi juga konprehensif untuk menduduki kursi dan mengandang tampuk kepemimpinan internal PTM dan amal usaha lainnya seperti AUM dan RSM agar tidak di ambil alih oleh Organisasi kepemudaan (OKP) lain. omsek yang disebut “tetangga sebelah” atau ortom eksternal Muhammadiyah.

Mengingat pesan dan nasihat yang pernah disampaikan oleh Mukti Ali: kekuatan dan kelemahan Muhammadiyah pada masa yang akan datang tergantung pada pendidikan kadernya sekarang. Pendidikan kader yang baik akan menghasilkan kader yang baik pula, sebaliknya, apabila pendidikan kader buruk akan menghasilkan kader yang buruk pula untuk meneruskan dan menyinergikan gerakan dakwah Muhammadiyah.

Hal demikian ditakutkan adanya kemungkinan Muhammadiyah akan kehilangan nilai dan identitas apabila Penumpang Gelap Muhammadiyah (PGM) memegang kendali tampuk pimpinan di PTM dan amal usaha lainnya.

Takutnya Mereka tidak memikirkan estafet keberlangsungan dari sebuah organisasi sebagai sebuah tafsir ideologi Muhammadiyah karena ketidakmengertian bermuhammadiyah dan tidak menyinergikan gerakan dakwah, amal ma’ruf nahi mungkar Muhammadiyah.

Lalu cenderung mengedepankan sisi materialistis, mencari penghidupan yang berwujud gaji lalu menumpang unjuk gigi di balik kebesaran Muhammadiyah lih: ”Penumpang Gelap dalam Muhammadiyah, oleh Adi Munazir, Ketua Umum PC IMM malang Raya”. Modernis.co

Untuk meminimalisir kemungkinan buruk tersebut harus ada generasi warisan/kader-kader militan, aktivis yang siap sedia, berintelektual komprehensif, mempunyai kecakapan dalam bermuhammadiyah, paham dan kokoh terhadap ideologi Muhammadiyah, mampu menyinergikan gerakan dakwah dan “amal ma’ruf nahi mungkar”, mampu mengimbangkan “habluminallah wa habluminannas” Serta bersikap “ber- fii sabilil haq Fasthabqhul khairat” untuk melanjutkan perjuangan persyarikatan Muhammadiyah.

Disinilah peranan IMM untuk mengambil alih kepemimpinan sebagai estafet keberlanjutan persarikat Muhammadiyah dengan tri kompetensi dasarnya atau dengan asas pergerakannya yang berusahan mengoperasionalisasikan usaha Muhammadiyah yakni menciptakan akademisi islam yang berakhlak mulia.

Oleh: Syarif R. F. (Mahasiswa FAI UMM, Kader IMM Tamaddun FAI UMM) 

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan fikiran-fikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment